Babad Lasem: Mengungkap Jejak Sejarah dan Budaya Kota Pelabuhan Legendaris

Lasem, sebuah kota di pesisir utara Jawa Tengah, mungkin terdengar sederhana bagi sebagian orang. Namun, di balik nama itu tersimpan kekayaan sejarah, budaya, dan kisah epik yang telah terangkai selama berabad-abad. Salah satu sumber utama yang membuka tabir misteri Lasem adalah "Babad Lasem". Karya sastra sejarah ini bukan sekadar catatan kronologis, melainkan sebuah narasi yang memuat berbagai aspek kehidupan, mulai dari pembentukan wilayah, perebutan kekuasaan, hingga pengaruh budaya Tiongkok yang mendalam.

Babad Lasem, sebagaimana babad-babad lain pada umumnya, ditulis dalam bahasa Jawa dan sering kali disajikan dalam bentuk tembang atau prosa yang puitis. Keberadaannya menjadi jendela berharga untuk memahami bagaimana sebuah permukiman pesisir berkembang menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan yang signifikan di masa lalu. Konon, Lasem didirikan oleh seorang bangsawan Majapahit yang kemudian berkembang pesat berkat posisinya yang strategis sebagai pelabuhan. Kehidupan di Lasem sangat dinamis, dipengaruhi oleh berbagai entitas, termasuk pedagang dari Tiongkok, Gujarat, dan Arab, yang membawa serta tradisi, kepercayaan, dan teknologi mereka.

Asal-usul dan Legenda Pembentukan Lasem

Babad Lasem sering kali diawali dengan kisah penciptaan atau asal-usul wilayah tersebut. Berdasarkan berbagai versi babad yang ada, pendirian Lasem erat kaitannya dengan tokoh-tokoh legendaris. Salah satu narasi yang populer menyebutkan bahwa Lasem didirikan oleh Sunan Bonang atau pengikutnya, yang juga berperan dalam penyebaran agama Islam di pesisir utara. Namun, ada pula cerita yang mengaitkan pendiriannya dengan masa kejayaan Majapahit, di mana seorang pangeran atau bangsawan ditugaskan untuk mengelola wilayah pesisir yang strategis ini. Kehadiran pelabuhan alami yang aman menjadi faktor kunci kemajuan Lasem sebagai pusat maritim.

Legenda-legenda ini tidak hanya bercerita tentang pendirian, tetapi juga tentang bagaimana Lasem menjadi tempat persinggahan dan permukiman berbagai etnis. Keragaman ini kemudian membentuk lanskap sosial dan budaya yang unik di Lasem. Babad mencatat bagaimana para pendatang berinteraksi dengan penduduk lokal, membentuk hubungan dagang, perkawinan, dan bahkan konflik. Keberadaan permukiman Tionghoa di Lasem, misalnya, merupakan salah satu episode penting yang tercatat dalam babad, menggambarkan akulturasi budaya yang kaya.

Pengaruh Budaya Tiongkok dan Akulturasi

Salah satu aspek yang paling menonjol dari Babad Lasem adalah penekanannya pada pengaruh budaya Tiongkok. Lasem dikenal sebagai "Pecinan" tertua di Jawa, sebuah predikat yang menunjukkan dominasi dan integrasi komunitas Tionghoa sejak lama. Babad mencatat kedatangan para perantau Tionghoa, termasuk tokoh-tokoh penting seperti Ki Ageng Lares, yang kelak menjadi figur sentral dalam struktur sosial dan politik Lasem.

Interaksi antara masyarakat Tionghoa dan Jawa menghasilkan fenomena akulturasi yang luar biasa. Hal ini tercermin dalam arsitektur rumah-rumah tradisional Lasem yang memadukan gaya Jawa dengan ornamen Tiongkok, seperti ukiran naga dan phoenix. Pengaruh ini juga meresap dalam seni batik Lasem yang khas, dengan motif-motif yang terinspirasi dari tradisi Tionghoa, seperti motif burung merak, bunga peoni, dan tentu saja, motif naga. Penggunaan warna merah dan emas yang dominan dalam batik Lasem juga merupakan salah satu penanda kuat pengaruh Tionghoa. Babad Lasem memberikan gambaran tentang bagaimana kolaborasi dan pertukaran budaya ini tidak hanya memperkaya estetika, tetapi juga membentuk identitas Lasem yang unik.

Peran Strategis dan Perubahan Kekuasaan

Sebagai pelabuhan penting, Lasem memegang peran strategis dalam jaringan perdagangan maritim di Nusantara. Babad Lasem merekam sejarah perebutan kekuasaan dan pengaruh antara berbagai kerajaan dan kekuatan lokal. Peran Lasem sebagai basis logistik dan pusat ekonomi menjadikannya target penting bagi kekuatan-kekuatan yang berambisi menguasai jalur perdagangan laut.

Babad ini juga mencatat bagaimana Lasem pernah berada di bawah kekuasaan berbagai entitas, mulai dari kerajaan-kerajaan Jawa kuno, kesultanan-kesultanan Islam, hingga akhirnya masa kolonial. Dinamika kekuasaan ini sering kali digambarkan dengan detail, termasuk peran tokoh-tokoh penting, strategi perang, serta perjanjian-perjanjian yang dibuat. Kisah-kisah ini memberikan perspektif tentang bagaimana Lasem bertahan dan beradaptasi di tengah perubahan politik yang terus terjadi.

Warisan Budaya yang Tetap Hidup

Meskipun banyak peristiwa dalam Babad Lasem yang mungkin telah berlalu, warisan budaya yang ditimbulkannya masih terasa hingga kini. Keberadaan arsitektur kuno, motif batik yang khas, tradisi kuliner, serta warisan masyarakat Tionghoa yang masih lestari menjadi bukti nyata dari kekayaan sejarah yang dicatat dalam babad. Babad Lasem bukan hanya sekadar catatan masa lalu, melainkan sebuah cerita yang terus hidup, menginspirasi, dan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga identitas budaya.

Memahami Babad Lasem berarti menggali lebih dalam tentang bagaimana sejarah terbentuk dari interaksi antarbudaya, dinamika kekuasaan, dan kemampuan sebuah komunitas untuk beradaptasi. Kisah-kisah yang terangkum di dalamnya menjadi pengingat bahwa setiap jengkal tanah memiliki cerita unik yang layak untuk ditelisik dan dilestarikan.

🏠 Homepage