Setiap ayat Al-Qur'an yang diturunkan memiliki latar belakang atau sebab spesifik, yang dikenal sebagai asbabun nuzul. Memahami asbabun nuzul sangat penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai makna, hikmah, dan konteks historis di balik firman Allah SWT. Salah satu surah yang memiliki kisah menarik di balik penurunannya adalah Surah Al-A'la (Yang Paling Tinggi).
Surah Al-A'la merupakan surah Makkiyah, yang berarti diturunkan di Mekkah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Pada periode ini, dakwah Islam masih berada dalam tahap awal dan menghadapi berbagai tantangan serta penolakan dari kaum Quraisy. Nabi Muhammad SAW sering kali merasakan beban berat dalam menyampaikan risalah Allah, menghadapi cacian, ancaman, bahkan kekerasan dari para penentang.
Dalam situasi inilah, Allah SWT menurunkan Surah Al-A'la untuk memberikan peneguhan, kekuatan, dan hiburan kepada hati Nabi Muhammad SAW. Ayat-ayat awal surah ini secara gamblang memerintahkan Nabi untuk bertasbih menyucikan nama Tuhannya yang Maha Tinggi.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, "Rasulullah SAW tidaklah berdiri atau memiliki waktu senggang kecuali beliau membaca 'Subhanaka Allahumma wa bi hamdika, asyhadu an la ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaik' (Maha Suci Engkau, ya Allah, dan dengan pujian-Mu, aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu)." Abu Hurairah kemudian menambahkan, "Belum pernah beliau duduk atau berdiri setelah itu kecuali mengucapkan itu." (HR. Muslim).
Meskipun hadits ini secara umum menunjukkan kebiasaan Nabi dalam membaca doa tersebut, banyak mufasir mengaitkannya dengan semangat tasbih yang terkandung dalam permulaan Surah Al-A'la. Konteks penurunannya menegaskan bahwa perintah untuk bertasbih ini datang pada saat Nabi membutuhkan penguatan mental dan spiritual.
Ayat pertama Surah Al-A'la, yaitu "Sabbih ism rabbikal a'la" (Bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi), merupakan inti dari peneguhan yang diberikan Allah. Perintah ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah ajakan untuk mengakui dan meresapi keagungan, kesucian, dan kekuasaan Allah SWT yang melampaui segala sesuatu. Di tengah penolakan dan keraguan manusia, Nabi diingatkan untuk senantiasa kembali kepada sumber kekuatan sejati, yaitu Allah.
Tasbih adalah bentuk penyucian Allah dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan. Dengan bertasbih, seorang mukmin menegaskan keyakinannya bahwa Allah adalah Sang Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara alam semesta. Surah ini kemudian melanjutkan dengan menyebutkan berbagai nikmat dan tanda-tanda kebesaran Allah, seperti penciptaan manusia, pemberian kemampuan berbicara, penundukan alam semesta, serta pemberian petunjuk untuk membedakan antara yang hak dan batil.
Keberadaan asbabun nuzul Surah Al-A'la memberikan gambaran bagaimana Al-Qur'an hadir sebagai panduan hidup yang responsif terhadap kondisi dan kebutuhan umatnya, terutama dalam menghadapi ujian dan cobaan. Bagi Nabi Muhammad SAW, ayat-ayat ini berfungsi sebagai balsam penyejuk hati dan penguat tekad dalam menjalankan amanah kenabian yang penuh tantangan.
Memahami asbabun nuzul Surah Al-A'la memberikan beberapa hikmah penting:
Pada akhirnya, Surah Al-A'la bukan hanya sekadar kumpulan ayat, melainkan sebuah pesan ilahi yang senantiasa relevan. Kisah di balik penurunannya menegaskan bahwa keagungan Allah adalah sumber kekuatan yang tak terbatas, dan tasbih adalah sarana utama untuk terhubung dengannya, terutama ketika hati membutuhkan ketenangan dan keteguhan.