Surat Al Fath, surat ke-48 dalam Al-Qur'an, memiliki makna yang mendalam dan seringkali dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam. Salah satu ayat yang paling menonjol adalah ayat ke-29, yang menggambarkan sifat-sifat mulia orang-orang beriman. Memahami asbabun nuzul surat Al Fath ayat 29 bukan hanya sekadar mengetahui latar belakang historis turunnya ayat, tetapi juga untuk meresapi pesan-pesan Ilahi yang terkandung di dalamnya dan bagaimana hal itu relevan bagi kehidupan umat Muslim hingga kini.
Ayat ke-29 dari Surat Al Fath berbunyi: "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat mereka dalam Taurat dan sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, lalu tunas itu menguatkannya, lalu menjadi tebal, lalu tegak lurus di atas pokoknya; pohon itu menyenangkan orang-orang yang menanamnya, karena Allah hendak menjmarakkan orang-orang kafir dengan mereka; dan Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar."
Ayat ini memberikan gambaran yang jelas tentang karakter dan perilaku para sahabat Nabi Muhammad SAW. Mereka digambarkan memiliki dua sisi yang berlawanan namun saling melengkapi: ketegasan terhadap musuh Allah dan kasih sayang terhadap sesama mukmin. Lebih dari itu, ayat ini juga menyoroti ibadah mereka yang tulus, yakni mendirikan shalat dengan khusyuk, serta jejak spiritual yang terlihat dari cahaya di wajah mereka sebagai tanda bekas sujud. Perbandingan dengan sifat-sifat dalam Taurat dan Injil menunjukkan bahwa kebenaran ajaran Islam bersumber dari satu Tuhan dan diakui oleh para nabi terdahulu.
Mengenai asbabun nuzul surat Al Fath ayat 29, para ulama tafsir memiliki beberapa pandangan yang saling melengkapi. Mayoritas riwayat menyebutkan bahwa ayat ini turun setelah perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini, meski tampak merugikan bagi kaum Muslimin pada awalnya karena adanya syarat-syarat yang berat, ternyata membuka jalan bagi tersebarnya Islam secara lebih luas.
Dalam konteks perjanjian Hudaibiyah, kaum Muslimin merasakan penundaan yang signifikan dalam upaya mereka untuk memasuki Makkah dan menunaikan ibadah haji. Hal ini menimbulkan rasa kecewa dan pertanyaan di kalangan sebagian sahabat. Di tengah suasana tersebut, Allah SWT menurunkan Surat Al Fath sebagai sebuah kabar gembira dan peneguhan iman. Ayat 29 secara spesifik hadir untuk menjelaskan hikmah di balik peristiwa tersebut dan menyoroti kualitas para pejuang Islam yang telah menunjukkan kesabaran dan keteguhan hati.
Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa turunnya ayat ini berkaitan dengan pujian Allah SWT terhadap para sahabat yang telah berjuang bersama Rasulullah SAW. Mereka rela meninggalkan kampung halaman, harta benda, dan keluarga demi menegakkan kalimat Allah. Keteguhan mereka dalam menghadapi cobaan, kesabaran mereka dalam menahan diri dari tindakan balasan yang berlebihan, serta semangat ibadah mereka yang tidak pernah padam, menjadi alasan utama Allah SWT memuji mereka melalui ayat ini.
Ada pula penafsiran yang mengaitkan turunnya ayat ini dengan keinginan para sahabat untuk segera mendapatkan kemenangan dan kemuliaan duniawi. Namun, Allah SWT melalui ayat ini menjelaskan bahwa kemuliaan yang sesungguhnya adalah kemenangan spiritual, yaitu kebahagiaan di akhirat yang dijanjikan bagi orang-orang beriman dan beramal saleh.
Memahami asbabun nuzul surat Al Fath ayat 29 memberikan kita beberapa pelajaran berharga:
Ayat ke-29 Surat Al Fath adalah sebuah mutiara hikmah yang terus relevan sepanjang masa. Dengan merenungi asbabun nuzulnya, kita dapat lebih memahami mengapa Allah SWT menurunkan ayat ini dan bagaimana kita dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah pengingat bahwa menjadi seorang mukmin sejati membutuhkan kombinasi antara keteguhan prinsip, kelembutan hati, ketekunan ibadah, dan kesabaran dalam menghadapi setiap ujian hidup.
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya..." (QS. Al Fath: 29)