Surah Az-Zumar: Rombongan-Rombongan yang Menuju Kebenaran

Simbol Al-Qur'an Terbuka Ilustrasi Al-Qur'an yang terbuka, melambangkan petunjuk dan cahaya.

Surah Az-Zumar adalah salah satu surah yang memiliki kedudukan penting dalam Al-Qur'an, kaya akan pelajaran tentang keesaan Allah, hari kebangkitan, dan pentingnya bertaubat. Surah ke-39 ini, terdiri dari 75 ayat, diwahyukan di Makkah, menjadikannya bagian dari surah-surah Makkiyah yang fokus pada akidah (keyakinan) dan pondasi-pondasi iman. Nama "Az-Zumar" sendiri berarti "rombongan-rombongan" atau "kelompok-kelompok", yang merujuk pada gambaran kaum mukmin dan kafir yang akan digiring dalam rombongan berbeda menuju surga atau neraka pada hari kiamat. Melalui surah ini, Allah SWT mengajak manusia untuk merenungkan kebesaran-Nya, mengesakan-Nya dalam ibadah, dan bersiap diri menghadapi perhitungan amal di akhirat. Artikel ini akan mengupas tuntas Surah Az-Zumar, mulai dari konteks pewahyuan, tema-tema utama, tafsir ayat per ayat, hingga pelajaran dan hikmah yang terkandung di dalamnya, dengan harapan dapat menambah pemahaman serta memperkuat iman kita.

Pengenalan Surah Az-Zumar

Surah Az-Zumar adalah surah Makkiyah ke-39 dalam susunan mushaf Al-Qur'an, yang diturunkan setelah Surah Saba'. Jumlah ayatnya sebanyak 75. Sebagai surah Makkiyah, fokus utamanya adalah menegakkan tauhid (keesaan Allah), membantah syirik (menyekutukan Allah), menanamkan keyakinan akan hari kebangkitan dan pembalasan, serta menguatkan jiwa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dalam menghadapi berbagai tekanan dan cobaan dari kaum Quraisy. Surah ini datang pada masa-masa sulit dakwah di Makkah, di mana penolakan terhadap ajaran Islam sangat kuat. Oleh karena itu, gaya bahasanya sangat menyentuh hati, penuh dengan peringatan keras bagi para penentang dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan sabar.

Nama "Az-Zumar" yang berarti "rombongan-rombongan" diambil dari ayat 71 dan 73, yang menggambarkan bagaimana seluruh manusia akan dibagi menjadi dua kelompok besar pada Hari Kiamat: rombongan orang-orang kafir yang digiring menuju neraka Jahannam, dan rombongan orang-orang bertakwa yang digiring menuju surga. Gambaran yang sangat jelas dan dramatis ini berfungsi sebagai motivasi besar bagi manusia untuk memilih jalan kebenaran selagi masih hidup di dunia.

Konteks Pewahyuan (Asbabun Nuzul) Surah Az-Zumar

Meskipun tidak ada asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) yang spesifik untuk setiap ayat dalam Surah Az-Zumar, konteks umum pewahyuan surah-surah Makkiyah memberikan gambaran yang jelas. Surah ini turun pada periode pertengahan hingga akhir masa dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah, sebelum hijrah ke Madinah. Periode ini ditandai dengan:

  • Penolakan Keras dari Kaum Musyrikin: Kaum Quraisy secara terang-terangan menentang ajaran tauhid yang dibawa Nabi, menolak keras hari kebangkitan, dan terus-menerus menganiaya para pengikut Nabi.
  • Ujian Berat bagi Umat Muslim: Para sahabat Nabi menghadapi tekanan, intimidasi, dan siksaan fisik yang berat. Beberapa bahkan syahid karena mempertahankan iman mereka.
  • Kebutuhan akan Penguatan Iman: Dalam kondisi yang serba sulit ini, umat Islam membutuhkan penguatan rohani, keyakinan yang kokoh pada janji Allah, serta peringatan akan balasan bagi orang-orang zalim dan pahala bagi orang-orang sabar.
  • Bantahan Terhadap Keyakinan Syirik: Surah ini datang untuk secara lugas membantah berbagai bentuk kesyirikan yang dilakukan kaum Quraisy, seperti menyembah berhala, menganggap malaikat sebagai anak perempuan Allah, dan meyakini adanya perantara antara mereka dengan Allah dalam ibadah.

Dengan demikian, Surah Az-Zumar hadir sebagai cahaya penerang di tengah kegelapan, penawar hati di kala gundah, dan penegasan kebenaran di tengah badai kebatilan, memberikan harapan, peringatan, dan bimbingan yang sangat diperlukan bagi umat Islam awal dan umat Islam sepanjang masa.

Tema-Tema Utama dalam Surah Az-Zumar

Surah Az-Zumar merangkum beberapa tema fundamental yang menjadi pilar akidah Islam. Tema-tema ini saling terkait dan membentuk satu kesatuan pesan yang kuat:

1. Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah

Pesan utama Surah Az-Zumar adalah penegasan keesaan Allah SWT dalam segala aspek. Surah ini secara berulang-ulang menekankan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pengatur, Pemberi Rezeki, dan Penguasa alam semesta (tauhid rububiyah). Oleh karena itu, hanya Dia-lah yang berhak disembah, ditaati, dan dimintai pertolongan (tauhid uluhiyah). Ayat-ayatnya menyajikan bukti-bukti kebesaran Allah melalui penciptaan langit dan bumi, pergiliran siang dan malam, serta kehidupan dan kematian. Hal ini bertujuan untuk membantah klaim kaum musyrikin yang menyekutukan Allah dengan berhala atau tuhan-tuhan lain.

2. Hari Kiamat dan Pertanggungjawaban Amal

Surah ini memberikan gambaran yang sangat hidup dan rinci tentang Hari Kiamat, mulai dari tiupan sangkakala yang mematikan segala makhluk, kebangkitan, hingga proses pengadilan yang adil. Penekanan diberikan pada fakta bahwa setiap jiwa akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Konsep "rombongan-rombongan" yang menuju surga atau neraka menjadi puncak dari tema ini, menunjukkan adanya pemisahan yang jelas antara orang-orang beriman dan kafir, serta balasan yang setimpal bagi masing-masing kelompok.

3. Peringatan dan Kabar Gembira

Surah Az-Zumar mengandung peringatan keras bagi orang-orang yang menolak kebenaran, berbuat syirik, dan berbuat zalim. Azab yang pedih di dunia dan akhirat dijelaskan secara gamblang. Di sisi lain, surah ini juga membawa kabar gembira dan janji pahala yang besar bagi orang-orang yang beriman, bertakwa, bersabar, dan bertaubat. Keseimbangan antara khauf (rasa takut) dan raja' (harap) ini sangat penting untuk membentuk karakter mukmin yang sejati.

4. Pentingnya Bertaubat dan Rahmat Allah

Salah satu ayat paling mengharukan dalam surah ini adalah ayat 53, yang berisi seruan Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Ini adalah ajakan universal untuk bertaubat dari segala dosa, besar maupun kecil, dan kembali kepada Allah dengan sepenuh hati. Ayat ini menegaskan bahwa rahmat Allah jauh lebih luas daripada dosa-dosa manusia, asalkan mereka mau bertaubat dengan sungguh-sungguh sebelum datangnya azab.

5. Al-Qur'an sebagai Petunjuk dan Obat Hati

Surah ini juga menyoroti peran Al-Qur'an sebagai kitab suci yang diturunkan dari Allah, yang berfungsi sebagai petunjuk yang jelas, penjelas segala sesuatu, dan obat bagi hati yang keras. Digambarkan bahwa hati yang takut kepada Allah akan bergetar dan lunak ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur'an. Ini menunjukkan pentingnya merenungkan dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan.

6. Perbandingan Antara Orang Beriman dan Kafir

Sepanjang surah, Allah membuat perbandingan yang tajam antara kondisi, sikap, dan nasib akhir orang-orang beriman dengan orang-orang kafir. Orang beriman adalah mereka yang hanya menyembah Allah, takut akan azab-Nya, berharap rahmat-Nya, dan membenarkan Al-Qur'an. Sementara orang kafir adalah mereka yang menyekutukan Allah, mendustakan Rasul, dan menolak kebenaran. Perbandingan ini berpuncak pada gambaran rombongan yang berbeda menuju surga dan neraka.

Tafsir Ayat per Ayat Surah Az-Zumar

Untuk memahami pesan Surah Az-Zumar secara mendalam, mari kita selami makna setiap kelompok ayatnya.

Ayat 1-10: Pengukuhan Wahyu dan Keesaan Allah

تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (1) إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2) أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (3) لَوْ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا لَاصْطَفَىٰ مِمَّا يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ سُبْحَانَهُ ۖ هُوَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (4) خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۖ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ (5) خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ الْأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ ۚ يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلَاثٍ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ (6) إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ ۖ وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ ۖ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ ۗ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ۚ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (7) وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا ۖ إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ (8) أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (9) قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (10)

Ayat-ayat pembuka ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Inti dari wahyu ini adalah perintah untuk menyembah Allah semata dengan memurnikan agama hanya untuk-Nya. Allah menjelaskan bahwa Dia-lah pemilik agama yang murni, dan orang-orang musyrik yang menjadikan selain Allah sebagai pelindung, alasan mereka adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah akan mengadili mereka atas perselisihan mereka. Allah Maha Esa dan Mahaperkasa, tidak membutuhkan anak, karena Dia adalah Pencipta segala sesuatu.

Kemudian, Allah memberikan bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya melalui penciptaan langit dan bumi, pengaturan siang dan malam yang berputar, serta peredaran matahari dan bulan yang tunduk pada waktu yang telah ditentukan. Semua ini adalah bukti bahwa Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. Manusia juga diciptakan dari satu jiwa, lalu diciptakan pasangannya, dan diberi nikmat berupa hewan ternak. Proses penciptaan manusia dalam rahim ibu juga merupakan bukti kebesaran-Nya. Segala kekuasaan adalah milik-Nya, dan tidak ada sesembahan yang haq selain Dia.

Ayat-ayat ini juga menegaskan bahwa kekafiran manusia tidak akan merugikan Allah, karena Dia Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun. Namun, Allah tidak meridhai kekafiran hamba-hamba-Nya dan akan meridhai kesyukuran mereka. Setiap jiwa akan menanggung dosanya sendiri, dan kelak akan kembali kepada Allah untuk dihisab. Allah Maha Mengetahui isi hati.

Karakteristik manusia digambarkan: ketika ditimpa musibah, mereka berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, tetapi ketika diberikan nikmat, mereka melupakan Allah dan bahkan menyekutukan-Nya. Ini adalah peringatan keras bagi orang-orang ingkar. Ayat 9 membandingkan antara orang yang rajin beribadah di malam hari dengan penuh kekhawatiran akan akhirat dan harapan rahmat Tuhannya, dengan orang yang tidak beribadah. Pertanyaan retoris "Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?" menekankan pentingnya ilmu dan pemikiran. Hanya orang-orang yang berakal sehat yang dapat mengambil pelajaran. Ayat 10 menyeru orang-orang beriman untuk bertakwa, menjanjikan kebaikan di dunia dan akhirat bagi yang berbuat baik, serta menegaskan bahwa bumi Allah luas, yang mengisyaratkan hijrah jika kondisi tidak memungkinkan. Yang terpenting, orang-orang yang sabar akan mendapatkan pahala yang tak terhingga.

Ayat 11-20: Penegasan Ketaatan dan Perbandingan Mukmin-Kafir

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (11) وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ (12) قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (13) قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي (14) فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ ۗ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ (15) لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ۚ ذَٰلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ۚ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ (16) وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَىٰ ۚ فَبَشِّرْ عِبَادِ (17) الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ (18) أَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ الْعَذَابِ أَفَأَنْتَ تُنْقِذُ مَنْ فِي النَّارِ (19) لَٰكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ غُرَفٌ مِنْ فَوْقِهَا غُرَفٌ مَبْنِيَّةٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ وَعْدَ اللَّهِ ۖ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ (20)

Pada bagian ini, Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyatakan dengan tegas bahwa beliau diperintahkan untuk menyembah Allah semata dengan memurnikan agama-Nya dan menjadi orang pertama yang berserah diri (muslim). Beliau juga menyatakan takut akan azab pada hari yang besar jika mendurhakai Tuhannya. Ini adalah pernyataan prinsipil tentang tauhid yang tidak bisa ditawar.

Kemudian, Allah memberikan tantangan kepada kaum musyrikin: "Sembahlah apa saja yang kalian kehendaki selain Dia." Namun, langsung diikuti dengan peringatan bahwa orang-orang yang rugi adalah mereka yang merugikan diri sendiri dan keluarganya pada Hari Kiamat, yaitu dengan memilih kekafiran. Gambaran neraka diberikan: mereka akan diselimuti naungan api dari atas dan bawah, sebuah ancaman yang nyata dari Allah agar hamba-hamba-Nya bertakwa.

Kontras dengan itu, kabar gembira disampaikan kepada hamba-hamba Allah yang menjauhi taghut (segala sesuatu yang disembah selain Allah) dan kembali kepada-Nya. Mereka adalah orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik darinya. Merekalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang memiliki akal sehat (ulul albab). Ini menunjukkan bahwa akal sehat sejati akan menuntun pada tauhid dan ketaatan.

Ayat 19 menyiratkan bahwa bagi siapa yang telah ditetapkan azab atasnya karena kekafiran dan kedurhakaannya, bahkan Nabi pun tidak dapat menyelamatkannya dari api neraka. Hal ini menekankan bahwa hidayah dan azab adalah keputusan Allah. Namun, bagi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka, mereka akan mendapatkan kamar-kamar di surga, yang di atasnya terdapat kamar-kamar lain yang dibangun indah, di bawahnya mengalir sungai-sungai. Ini adalah janji Allah yang tidak akan Dia ingkari, menunjukkan kemuliaan abadi bagi orang-orang bertakwa.

Ayat 21-30: Al-Qur'an sebagai Petunjuk dan Perumpamaan Hati yang Keras

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (21) أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (22) اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (23) أَفَمَنْ يَتَّقِي بِوَجْهِهِ سُوءَ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ وَقِيلَ لِلظَّالِمِينَ ذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (24) كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ (25) فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (26) وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (27) قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (28) ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (29) إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ (30)

Allah memulai bagian ini dengan perumpamaan tentang air hujan yang diturunkan dari langit, lalu menyerap ke dalam bumi membentuk mata air, kemudian menumbuhkan berbagai macam tanaman dengan warna yang berbeda-beda. Setelah itu, tanaman itu layu, mengering, dan hancur. Ini adalah pengingat bagi orang-orang yang berakal sehat akan siklus kehidupan dunia dan kepastian hari kebangkitan.

Perumpamaan ini dilanjutkan dengan perbandingan antara orang yang dilapangkan dadanya untuk Islam oleh Allah, sehingga ia berada di atas cahaya dari Tuhannya, dengan orang-orang yang hatinya mengeras dan lalai dari mengingat Allah. Celakalah bagi mereka yang hatinya keras, karena mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

Allah kemudian menjelaskan sifat Al-Qur'an sebagai perkataan terbaik, kitab yang serupa (dalam keindahan dan kebenaran) lagi berulang-ulang (ayat-ayatnya saling menguatkan). Al-Qur'an membuat kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka bergetar, lalu kulit dan hati mereka menjadi lunak ketika mengingat Allah. Inilah petunjuk Allah; dengan itu Dia memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki, dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.

Ayat 24 menggambarkan kengerian azab bagi orang-orang zalim pada Hari Kiamat. Mereka akan berusaha melindungi diri dengan wajah mereka (menghadap api), dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah apa yang telah kalian usahakan." Peringatan ini diperkuat dengan kisah umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul mereka, lalu azab datang kepada mereka tanpa mereka sadari, menimpakan kehinaan di dunia, dan azab akhirat jauh lebih besar.

Allah menegaskan bahwa Dia telah membuat berbagai macam perumpamaan dalam Al-Qur'an agar manusia mengambil pelajaran. Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan di dalamnya, agar mereka bertakwa. Perumpamaan berikutnya (ayat 29) sangat tajam: seorang budak yang dimiliki oleh banyak tuan yang saling berselisih (orang musyrik), dan seorang budak yang sepenuhnya milik satu tuan (orang mukmin). Apakah keduanya sama? Tentu tidak. Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Ayat 30 memberikan pengingat universal tentang kematian: "Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula." Ini adalah pengingat yang menyadarkan bahwa semua makhluk hidup pasti akan kembali kepada Allah.

Ayat 31-40: Siapa yang Paling Zalim dan Janji Allah

ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ (31) فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (32) وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (33) لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۚ ذَٰلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ (34) لِيُكَفِّرَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي عَمِلُوا وَيَجْزِيَهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (35) أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ ۚ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (36) وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انْتِقَامٍ (37) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ ۚ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ (38) قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (39) مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُقِيمٌ (40)

Setelah pengingat kematian, ayat-ayat ini menyatakan bahwa pada Hari Kiamat, manusia akan berselisih di hadapan Tuhan mereka. Pertanyaan retoris diajukan: "Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang berdusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya?" Tentu tidak ada. Bukankah Jahannam adalah tempat tinggal bagi orang-orang kafir?

Sebaliknya, orang yang membawa kebenaran (Rasulullah SAW) dan membenarkannya (orang-orang beriman) adalah orang-orang yang bertakwa. Bagi mereka, apa saja yang mereka kehendaki akan mereka peroleh di sisi Tuhan mereka. Itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. Allah akan menghapus dari mereka perbuatan-perbuatan terburuk yang telah mereka lakukan dan akan memberi mereka pahala dengan balasan yang terbaik dari apa yang telah mereka kerjakan. Ini menunjukkan keadilan dan kemurahan Allah.

Allah kemudian bertanya, "Bukankah Allah cukup (untuk melindungi) hamba-Nya?" Pertanyaan ini datang setelah kaum musyrikin menakut-nakuti Nabi Muhammad dengan tuhan-tuhan selain Allah. Ayat ini menegaskan bahwa siapa yang disesatkan Allah, tidak ada yang dapat memberinya petunjuk, dan siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai kekuasaan untuk membalas kejahatan?

Ayat 38 kembali ke tauhid rububiyah. Jika ditanya kepada kaum musyrikin siapa yang menciptakan langit dan bumi, mereka pasti akan menjawab "Allah". Maka katakanlah, "Apakah kalian melihat sesembahan selain Allah yang kalian seru itu, jika Allah menghendaki kemudharatan bagiku, apakah mereka dapat menghilangkan kemudharatan itu? Atau jika Allah menghendaki rahmat bagiku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?" Jawabannya pasti tidak. Maka katakanlah, "Cukuplah Allah bagiku. Hanya kepada-Nya orang-orang yang bertawakal berserah diri." Ini adalah prinsip tawakal yang kokoh.

Ayat 39 dan 40 adalah ancaman dan tantangan kepada kaum musyrikin: "Katakanlah (Muhammad), 'Hai kaumku, berbuatlah sekehendak kalian, sesungguhnya aku pun berbuat (sesuai syariat Allah). Kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan siapa yang akan ditimpa azab yang kekal.'" Ini adalah peringatan terakhir sebelum Allah memutuskan nasib mereka.

Ayat 41-50: Wahyu Al-Qur'an dan Kekuasaan Allah atas Jiwa

إِنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ (41) اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (42) أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ ۚ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ (43) قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا ۖ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (44) وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ ۖ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (45) قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (46) وَلَوْ أَنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ مِنْ سُوءِ الْعَذَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ (47) وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (48) فَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ ۚ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (49) قَدْ قَالَهَا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (50)

Ayat 41 kembali menegaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk seluruh manusia dengan kebenaran. Siapa yang mendapat petunjuk, itu untuk dirinya sendiri; dan siapa yang sesat, kerugiannya akan menimpa dirinya sendiri. Nabi bukanlah penanggung jawab atas mereka, melainkan hanya penyampai. Ini memisahkan tanggung jawab Nabi dari pilihan individu manusia.

Kemudian, Allah memberikan bukti kekuasaan-Nya atas kehidupan dan kematian: Allah memegang jiwa (mati) seseorang pada saat kematiannya, dan jiwa orang yang belum mati ketika ia tidur. Dia menahan jiwa yang telah Dia tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Ini adalah tanda kekuasaan Allah yang terjadi setiap hari.

Lalu, Allah membantah keyakinan musyrikin tentang perantara atau pemberi syafaat selain Allah. "Apakah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah?" Katakanlah, "Apakah (mereka itu berkuasa memberi syafaat) sekalipun mereka tidak memiliki sesuatu apapun dan tidak pula berakal?" Sungguh, semua syafaat adalah milik Allah semata. Bagi-Nya kerajaan langit dan bumi, dan hanya kepada-Nya semua akan dikembalikan.

Ayat 45 dengan jelas menggambarkan sifat kaum musyrikin: "Apabila disebut nama Allah saja, jijiklah hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Dan apabila disebut nama-nama selain-Nya, tiba-tiba mereka bergembira." Ini menunjukkan betapa jauhnya mereka dari kebenaran.

Nabi diperintahkan untuk berdoa: "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang mereka selalu berselisih padanya." Ini adalah pengakuan akan kekuasaan mutlak Allah sebagai hakim.

Ayat 47-48 menggambarkan kengerian Hari Kiamat bagi orang-orang zalim: Sekiranya orang-orang zalim memiliki semua yang ada di bumi dan sebanyak itu pula bersamanya, niscaya mereka akan menebus diri mereka dengan itu dari azab yang buruk pada Hari Kiamat. Dan nyatalah bagi mereka dari Allah apa yang tidak pernah mereka perhitungkan, serta nyatalah bagi mereka keburukan-keburukan dari apa yang mereka usahakan, dan mereka diliputi oleh azab yang dulu mereka olok-olok. Ini adalah gambaran penyesalan yang tidak ada gunanya.

Bagian ini diakhiri dengan pengulangan sifat manusia yang angkuh: "Apabila manusia ditimpa bahaya, ia berdoa kepada Kami. Kemudian, apabila Kami memberikan kepadanya nikmat dari Kami, ia berkata, 'Aku diberi nikmat ini hanyalah karena ilmu (kepandaian)ku.'" Padahal itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Orang-orang sebelum mereka juga mengatakan hal yang sama, tetapi apa yang mereka usahakan tidak sedikit pun memberi manfaat bagi mereka. Ini adalah kritik terhadap kesombongan dan keangkuhan manusia.

Ayat 51-60: Azab bagi Pendusta dan Pintu Taubat yang Terbuka

فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا ۚ وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَٰؤُلَاءِ سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ (51) أَوَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (52) قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54) وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (55) أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَىٰ مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ (56) أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (57) أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (58) بَلَىٰ قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (59) وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ (60)

Ayat 51-52 melanjutkan tentang nasib orang-orang durhaka, bahwa mereka akan ditimpa keburukan-keburukan dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang zalim dari kaum Quraisy juga akan ditimpa keburukan dari perbuatan mereka, dan mereka tidak akan dapat melarikan diri dari azab Allah. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah meluaskan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki)? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang beriman. Ini adalah teguran bagi mereka yang sombong karena kekayaan.

Kemudian datanglah ayat yang sangat agung dan penuh harapan, Ayat 53: "Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'" Ayat ini adalah seruan universal untuk taubat, menunjukkan betapa luasnya rahmat dan ampunan Allah bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh bertaubat, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah diperbuat.

Namun, seruan taubat ini diikuti dengan peringatan agar segera kembali dan berserah diri kepada Allah sebelum datangnya azab yang tidak dapat ditolak (ayat 54). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu (Al-Qur'an) sebelum azab datang secara tiba-tiba tanpa kamu sadari (ayat 55).

Ayat 56-58 menggambarkan penyesalan yang mendalam dari jiwa-jiwa pada Hari Kiamat: "Agar jangan ada yang berkata, 'Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menjalankan perintah) Allah, padahal aku termasuk orang-orang yang memperolok-olokkannya.'" Atau, "Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa." Atau, ketika melihat azab, "Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik." Ini adalah gambaran penyesalan yang datang terlambat.

Allah menjawab penyesalan itu dalam ayat 59: "Bukan demikian! Sesungguhnya ayat-ayat-Ku telah datang kepadamu, lalu kamu mendustakannya, dan kamu menyombongkan diri, dan kamu termasuk orang-orang kafir." Ini adalah penegasan bahwa mereka telah diberikan kesempatan dan peringatan, tetapi mereka memilih untuk menolak dan sombong.

Ayat 60 menunjukkan nasib para pendusta pada Hari Kiamat: "Dan pada Hari Kiamat engkau akan melihat orang-orang yang berdusta terhadap Allah, wajah mereka hitam pekat. Bukankah dalam neraka Jahannam ada tempat tinggal bagi orang-orang yang sombong?" Wajah yang hitam adalah tanda kehinaan dan penyesalan.

Ayat 61-70: Balasan Orang Bertakwa dan Kegerahan Hari Kiamat

وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (61) اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (62) لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (63) قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ (64) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (66) وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ (67) وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ (68) وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (69) وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ (70)

Setelah menggambarkan kehinaan bagi orang-orang kafir, Allah berpaling kepada nasib orang-orang bertakwa. Allah akan menyelamatkan mereka yang bertakwa dengan kemenangan mereka, tidak akan menyentuh mereka keburukan, dan mereka tidak akan bersedih hati. Ini adalah janji keamanan dan kebahagiaan abadi.

Allah kemudian menegaskan kembali keesaan dan kekuasaan-Nya: Allah adalah Pencipta segala sesuatu, dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Bagi-Nya kunci-kunci langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, merekalah orang-orang yang merugi. Ini adalah pengulangan tema tauhid dan kekuasaan mutlak Allah.

Ayat 64 adalah teguran kepada orang-orang musyrikin yang mengajak Nabi untuk menyembah selain Allah: "Katakanlah (Muhammad), 'Apakah selain Allah kalian menyuruhku menyembah, wahai orang-orang yang bodoh?'" Allah kemudian memberikan peringatan keras kepada Nabi dan para nabi sebelumnya dalam ayat 65: "Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu, 'Jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan gugurlah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang merugi.'" Peringatan ini menunjukkan betapa besar dosa syirik. Oleh karena itu, perintah yang jelas adalah: "Karena itu, hanya Allah sajalah yang hendak kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (Ayat 66).

Ayat 67 menggambarkan kebesaran Allah yang tidak dapat dibandingkan: "Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan." Ini adalah gambaran kekuasaan Allah yang tak terhingga pada Hari Kiamat.

Kemudian, gambaran dramatis Hari Kiamat disajikan: "Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan semua (makhluk) yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu), maka tiba-tiba mereka berdiri (dari kuburnya) menunggu (putusan Allah)." (Ayat 68). Ini adalah tiupan kematian dan kebangkitan.

Pada Hari Kiamat itu, "Dan bumi (padang Mahsyar) menjadi terang benderang dengan cahaya Tuhannya; dan dibentangkanlah kitab (catatan amal); didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi; dan diputuskanlah di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan." (Ayat 69). Setiap jiwa akan diberi balasan penuh atas apa yang telah dikerjakannya, dan Dia (Allah) lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan (Ayat 70). Ini adalah gambaran pengadilan yang sempurna dan adil.

Ayat 71-75: Rombongan Menuju Neraka dan Surga

وَسِيقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۖ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ (71) قِيلَ ادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۖ فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ (72) وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ (73) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ ۖ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (74) وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ ۖ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (75)

Bagian penutup surah ini adalah puncak dari tema "Az-Zumar" (rombongan-rombongan). Dimulai dengan gambaran rombongan pertama: "Dan orang-orang kafir digiring ke neraka Jahannam secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya, dibukakanlah pintu-pintu (neraka) itu dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, 'Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan pada hari ini?' Mereka menjawab, 'Benar (sudah datang).' Tetapi telah tetaplah keputusan azab bagi orang-orang kafir." (Ayat 71). Penyesalan dan pengakuan akan peringatan yang telah sampai kepada mereka, namun sudah terlambat.

Kemudian dikatakan kepada mereka, "Masuklah pintu-pintu Jahannam itu, kamu kekal di dalamnya." Maka amat buruklah tempat tinggal bagi orang-orang yang menyombongkan diri (Ayat 72).

Lalu, Allah menggambarkan rombongan kedua: "Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka digiring ke surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya dan pintu-pintunya telah dibuka, berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, 'Kesejahteraan dilimpahkan kepadamu. Berbahagialah kamu! Maka masuklah ke dalamnya, sedang kamu kekal di dalamnya.'" (Ayat 73). Sambutan penuh kedamaian dan kebahagiaan.

Orang-orang bertakwa menjawab: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah mewariskan kepada kami negeri ini, kami menempati surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka alangkah baiknya pahala orang-orang yang beramal. (Ayat 74). Ini adalah ungkapan syukur dan kebahagiaan atas janji yang ditepati.

Akhirnya, gambaran suasana di sisi Arsy Allah: "Dan engkau akan melihat para malaikat berbaris melingkari Arsy, mereka bertasbih sambil memuji Tuhan mereka. Dan telah diputuskanlah di antara mereka dengan hak, dan diucapkanlah, 'Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.'" (Ayat 75). Ayat ini menggambarkan kesudahan yang sempurna, di mana keadilan telah ditegakkan, dan seluruh alam memuji Allah.

Pelajaran dan Hikmah dari Surah Az-Zumar

Surah Az-Zumar menawarkan berbagai pelajaran berharga yang relevan bagi kehidupan setiap muslim:

  • Penguatan Tauhid dan Penolakan Syirik: Surah ini adalah fondasi kokoh dalam memahami keesaan Allah dan bahaya syirik. Setiap ayat mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah sebagai satu-satunya Pencipta, Pengatur, dan tujuan ibadah. Mengesakan Allah adalah kunci keselamatan.
  • Mengingat Hari Akhir: Gambaran rinci tentang Hari Kiamat, tiupan sangkakala, pengadilan, serta rombongan menuju surga dan neraka, berfungsi sebagai pengingat konstan akan akhirat. Ini mendorong setiap individu untuk mempersiapkan diri dengan amal saleh.
  • Rahmat dan Ampunan Allah yang Luas: Ayat 53 adalah mercusuar harapan bagi setiap pendosa. Ia mengajarkan untuk tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan segera bertaubat dengan sungguh-sungguh.
  • Pentingnya Taubat dan Kembali kepada Allah: Surah ini tidak hanya menawarkan ampunan tetapi juga mendesak untuk segera kembali kepada Allah sebelum kesempatan itu tertutup oleh datangnya azab atau kematian.
  • Peran Al-Qur'an sebagai Petunjuk: Al-Qur'an digambarkan sebagai firman terbaik yang melembutkan hati yang takut kepada Allah. Ini mengajarkan bahwa membaca, merenungkan, dan mengamalkan Al-Qur'an adalah jalan menuju hidayah dan ketenangan batin.
  • Keadilan Mutlak Allah: Pengadilan di Hari Kiamat adalah bukti keadilan Allah yang sempurna. Setiap jiwa akan dibalas sesuai amalnya, tanpa sedikit pun dizalimi. Ini memberikan keyakinan bahwa kebaikan tidak akan sia-sia dan kejahatan tidak akan luput dari perhitungan.
  • Perbandingan Nasib Mukmin dan Kafir: Kontras yang jelas antara nasib orang beriman dan kafir di dunia dan akhirat memberikan motivasi untuk memilih jalan kebenaran dan kesabaran dalam menghadapi cobaan.
  • Sifat Manusia yang Lupa Diri: Ayat-ayat yang menggambarkan manusia berdoa saat susah dan melupakan Allah saat senang atau menyombongkan diri atas nikmat, menjadi cermin bagi kita untuk senantiasa bersyukur dan tidak angkuh.
  • Penguasaan Penuh Allah: Ayat 67 yang menggambarkan bumi dalam genggaman Allah dan langit yang digulung oleh tangan kanan-Nya, mengingatkan kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang tak terbatas, mengikis kesombongan manusia.

Kesimpulan

Surah Az-Zumar adalah sebuah masterpiece dalam Al-Qur'an yang secara komprehensif membahas esensi tauhid, hari kebangkitan, dan pertanggungjawaban manusia. Dengan gaya bahasa yang indah dan argumen yang kuat, surah ini mengajak kita untuk merenungi kebesaran Allah melalui tanda-tanda penciptaan-Nya, mengingatkan akan kepastian kematian dan hari penghisaban, serta memberikan harapan melalui pintu taubat yang selalu terbuka lebar.

Pesan sentral tentang "rombongan-rombongan" yang akan digiring pada Hari Kiamat menjadi gambaran yang sangat kuat untuk memotivasi kita agar memilih jalan takwa dan keimanan. Surah ini menekankan bahwa hidup ini adalah sebuah ujian, di mana setiap pilihan memiliki konsekuensi abadi. Oleh karena itu, mari kita senantiasa menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, memurnikan ibadah hanya kepada Allah, dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk bertaubat dan beramal saleh, agar kita termasuk dalam rombongan orang-orang yang digiring menuju surga, Insya Allah.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah khazanah ilmu serta kecintaan kita terhadap Al-Qur'an, khususnya Surah Az-Zumar.

🏠 Homepage