Representasi visual keagungan dan persatuan Ilahi.
Surah Az-Zumar, surah ke-39 dalam Al-Qur'an, adalah salah satu mutiara Makkiyah yang kaya akan pesan-pesan mendalam tentang keesaan Allah (Tauhid), kebangkitan setelah kematian, hari penghisaban, dan balasan bagi amal perbuatan manusia. Dinamakan "Az-Zumar" yang berarti "Rombongan-rombongan" atau "Pasukan-pasukan," surah ini mengilustrasikan pemandangan dahsyat di hari kiamat, di mana manusia akan digiring ke surga atau neraka dalam rombongan-rombongan yang berbeda, sesuai dengan amalan dan keyakinan mereka di dunia.
Dengan 75 ayat, Surah Az-Zumar diturunkan pada periode pertengahan Makkah, ketika Nabi Muhammad ﷺ dan para pengikutnya menghadapi penindasan dan permusuhan yang intens dari kaum Quraisy. Dalam suasana yang penuh tantangan ini, surah ini datang sebagai penenang hati bagi kaum mukminin yang teraniaya, pemberi peringatan keras bagi para penentang, dan penjelas argumen-argumen fundamental Islam tentang kebenaran dan kebatilan.
Tema sentral surah ini adalah penegasan mutlak terhadap keesaan Allah dalam rububiyah (kekuasaan-Nya atas alam semesta), uluhiyah (hak-Nya untuk disembah), dan asma' wa sifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang sempurna). Surah ini menyingkap kelemahan dan kesia-siaan penyembahan berhala dan sekutu-sekutu selain Allah, sembari mengundang manusia untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta sebagai bukti nyata kekuasaan dan kasih sayang-Nya.
Pesan utama lainnya yang ditekankan adalah tentang hari kiamat sebagai realitas yang tak terhindarkan. Surah ini melukiskan gambaran yang hidup tentang hisab, di mana setiap jiwa akan menghadapi konsekuensi dari pilihannya di dunia. Ada janji surga yang penuh kenikmatan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, serta ancaman neraka yang pedih bagi mereka yang ingkar dan berbuat syirik. Salah satu ayat yang paling mengharukan dan penuh harapan dalam surah ini adalah ayat ke-53, yang menyerukan seluruh hamba Allah untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya, bahkan setelah melakukan dosa-dosa besar, asalkan mereka bertaubat dengan tulus.
Penamaan surah ini dengan "Az-Zumar" (الزمر) berasal dari ayat 71 dan 73, yang secara eksplisit menggambarkan bagaimana manusia akan digiring ke neraka dan surga dalam rombongan-rombongan atau kelompok-kelompok. Kata "Zumar" (plural dari Zumrah) berarti "kelompok," "pasukan," atau "rombongan."
Penamaan ini sangat signifikan karena memberikan gambaran yang jelas dan menggugah tentang pengelompokan manusia di akhirat. Ini bukan hanya sekadar gambaran fisik, melainkan juga simbolis. Manusia di dunia ini cenderung berkumpul dalam kelompok-kelompok berdasarkan keyakinan, ideologi, atau tujuan hidup mereka. Di hari kiamat, pengelompokan ini akan menjadi sangat jelas, di mana mereka yang berpegang teguh pada tauhid akan berkumpul dalam satu rombongan menuju surga, sementara mereka yang ingkar dan berbuat syirik akan berkumpul dalam rombongan lain menuju neraka. Konsep ini menekankan pentingnya memilih jalan yang benar dan bersahabat dengan orang-orang yang memiliki tujuan akhirat yang sama.
Surah Az-Zumar termasuk dalam kategori surah Makkiyah, yang berarti diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah. Periode Makkiyah dikenal sebagai masa di mana fokus utama dakwah adalah penegasan akidah, terutama tauhid dan hari kiamat, serta pembentukan karakter moral individu Muslim di tengah tekanan dan penganiayaan. Surah ini diyakini diturunkan pada fase pertengahan atau akhir periode Makkiyah, ketika kaum Muslimin mengalami tekanan yang semakin meningkat dari kaum Quraisy di Makkah.
Dalam konteks ini, Surah Az-Zumar memainkan peran penting:
Kondisi saat itu menjadikan pesan-pesan Surah Az-Zumar sangat relevan. Kaum mukminin membutuhkan dukungan moral dan spiritual, sementara para penentang membutuhkan pencerahan dan peringatan. Surah ini memenuhi kedua kebutuhan tersebut dengan sangat efektif.
Surah Az-Zumar merangkum berbagai tema fundamental Islam yang saling berkaitan, membentuk sebuah narasi komprehensif tentang hubungan manusia dengan Penciptanya dan takdir akhir mereka. Beberapa tema utama tersebut meliputi:
Ini adalah benang merah yang mengikat seluruh surah. Az-Zumar dengan tegas menolak segala bentuk syirik dan menegaskan bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah. Surah ini menyajikan argumen-argumen rasional dari penciptaan alam semesta – langit, bumi, pergantian malam dan siang, hujan yang menghidupkan bumi, serta penciptaan manusia itu sendiri – sebagai bukti tak terbantahkan atas kekuasaan, kebijaksanaan, dan keesaan Allah. Jika Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemelihara, dan Pemberi rezeki, maka Dia pulalah satu-satunya yang berhak menerima ibadah. Surah ini menantang kaum musyrikin untuk menunjukkan tuhan-tuhan mereka yang dapat melakukan hal serupa.
Surah ini memberikan gambaran yang sangat jelas tentang hari kiamat, kebangkitan, hari penghisaban, dan balasan bagi amal perbuatan manusia. Tidur dan kematian digambarkan sebagai bentuk 'pengambilan ruh' oleh Allah, dan kebangkitan dari kematian adalah pengembalian ruh tersebut. Surah ini menekankan bahwa setiap jiwa akan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan tidak ada yang dapat menanggung dosa orang lain. Penggambaran tentang rombongan penghuni neraka dan surga menjadi puncak narasi ini, menyoroti keadilan sempurna Allah dan realitas konsekuensi abadi dari pilihan hidup di dunia.
Al-Qur'an digambarkan sebagai kitab suci yang diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, yang tidak ada keraguan padanya. Ia adalah cahaya dan petunjuk bagi hati yang hidup. Surah ini menggunakan perumpamaan air hujan yang menghidupkan bumi yang kering untuk menggambarkan bagaimana Al-Qur'an dapat menghidupkan hati yang mati dan memberikan petunjuk bagi mereka yang mau merenung. Al-Qur'an adalah rahmat bagi orang-orang yang bertakwa dan peringatan bagi mereka yang ingkar.
Az-Zumar memberikan peringatan keras kepada mereka yang menolak kebenaran, menyekutukan Allah, dan mendustakan hari kiamat. Azab neraka digambarkan secara rinci, termasuk rasa penyesalan yang mendalam yang tidak lagi berguna. Sebaliknya, bagi orang-orang beriman yang tulus dalam ibadahnya, yang bertakwa kepada Allah, dan yang mengikuti petunjuk-Nya, surah ini menjanjikan pahala yang besar, ampunan dosa, dan kehidupan abadi yang penuh kenikmatan di surga, di mana para malaikat akan menyambut mereka dengan salam kedamaian.
Salah satu pesan paling mengharukan dalam Surah Az-Zumar adalah seruan Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Ayat 53 secara khusus menekankan bahwa Allah Maha Mengampuni segala dosa bagi mereka yang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Pesan ini menawarkan harapan tak terbatas bagi para pendosa, menunjukkan keluasan kasih sayang dan ampunan Allah yang melampaui segala dosa, asalkan ada keikhlasan dalam bertaubat dan kembali kepada-Nya.
Dalam menghadapi penolakan dan permusuhan, surah ini juga memberikan dukungan kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk tetap teguh pada jalan Allah dan terus menyampaikan risalah-Nya, meskipun mayoritas manusia menolaknya. Ini adalah pelajaran bagi semua juru dakwah untuk tidak putus asa dalam menyeru kepada kebenaran.
Untuk memahami kedalaman pesan Surah Az-Zumar, mari kita telaah bagian per bagian, mengupas makna di balik ayat-ayatnya yang mulia.
Surah dimulai dengan penegasan bahwa Al-Qur'an diturunkan dari Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ayat-ayat awal ini langsung menempatkan Al-Qur'an pada posisinya sebagai firman Tuhan yang tidak ada keraguan padanya, sebuah sumber kebenaran dan hukum yang mutlak. Ini adalah fondasi bagi semua ajaran yang akan disampaikan selanjutnya.
Kemudian, surah ini beralih ke argumen-argumen penciptaan sebagai bukti keesaan Allah. Langit dan bumi diciptakan dengan hak (kebenaran), bukan secara kebetulan atau tanpa tujuan. Pergantian malam dan siang, matahari dan bulan yang tunduk pada perintah-Nya, menunjukkan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Manusia itu sendiri adalah bukti kebesaran-Nya; Dia menciptakan manusia dari satu jiwa (Adam), kemudian dari padanya Dia menjadikan pasangannya, dan dari keduanya Dia menurunkan delapan pasang hewan ternak. Proses penciptaan manusia di dalam rahim ibu, lapis demi lapis dalam tiga kegelapan, adalah mukjizat yang tak dapat dibantah.
Semua ini mengarah pada kesimpulan logis: jika Allah adalah satu-satunya Pencipta yang memiliki kekuasaan dan kebijaksanaan sedemikian rupa, maka Dialah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Ayat-ayat ini juga mencela perilaku musyrikin yang berdoa kepada selain Allah, padahal mereka tahu bahwa hanya Allah yang dapat menyelamatkan mereka dari kesulitan. Mereka baru teringat Allah saat tertimpa musibah, namun kembali melupakan-Nya saat kemudahan datang. Ini adalah gambaran tentang inkonsistensi dan kesesatan hati manusia yang tidak beriman.
Ayat 9 secara khusus menonjolkan perbedaan antara orang yang berilmu dan yang tidak berilmu, serta antara orang yang taat beribadah di malam hari dengan ketakutan dan harapan kepada Allah, dengan orang yang lalai. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan ketakwaan adalah jalan menuju hidayah dan kebahagiaan sejati. Seorang mukmin sejati akan selalu mengingat Tuhannya, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, dan ibadahnya didasari oleh rasa takut akan azab-Nya dan harapan akan rahmat-Nya.
Setelah menegaskan keesaan Allah melalui penciptaan, surah ini kemudian memberikan perintah langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ, dan melalui beliau, kepada seluruh umat manusia, untuk menyembah Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (ikhlas). Ayat-ayat ini menekankan bahwa ibadah tidak boleh dicampuri dengan motif duniawi atau syirik. Hanya Allah yang pantas menerima penyembahan yang tulus.
Bagi mereka yang memilih jalan ini, ada janji balasan yang luar biasa. Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka dan memberikan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. Sebaliknya, peringatan keras ditujukan kepada mereka yang tidak patuh; mereka akan merasakan azab yang pedih di dunia dan akhirat. Ayat-ayat ini menegaskan bahwa setiap individu bertanggung jawab penuh atas pilihannya. Tidak ada yang bisa menanggung beban dosa orang lain, dan tidak ada yang bisa memberikan syafaat tanpa izin Allah.
Ayat-ayat ini juga memperkenalkan konsep "kebaikan" (hasanat) dan "keburukan" (sayyiat), serta bagaimana Allah memperlakukan keduanya. Allah akan menghapus keburukan dan memberikan pahala bagi kebaikan. Ini adalah motivasi besar bagi orang beriman untuk senantiasa berbuat baik dan bertaubat dari kesalahan. Ketaatan kepada Allah adalah jalan yang lurus, dan janji Allah adalah benar. Mereka yang bertakwa akan memiliki tempat yang aman di sisi Tuhan mereka, dijauhkan dari api neraka.
Ayat 17-18 memberikan pujian kepada orang-orang yang mendengar perkataan (Al-Qur'an) lalu mengikuti yang terbaik darinya. Ini menunjukkan pentingnya akal dan pikiran yang jernih dalam menerima kebenaran. Orang-orang inilah yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang memiliki akal sehat (ulil albab). Ini membedakan mereka dari orang-orang yang secara membabi buta mengikuti tradisi nenek moyang atau hawa nafsu.
Janji surga bagi orang-orang yang bertakwa digambarkan dengan indah: surga-surga bertingkat yang di atasnya terdapat surga yang lebih tinggi, mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan ini adalah janji Allah yang pasti. Gambaran ini memberikan harapan dan ketenangan bagi jiwa-jiwa yang berjuang di jalan kebenaran.
Bagian ini menggunakan perumpamaan yang kuat untuk menjelaskan fungsi Al-Qur'an dan respons hati manusia terhadapnya. Allah menurunkan air dari langit (hujan) yang menghidupkan bumi yang tadinya mati dan kering. Demikian pula, Al-Qur'an adalah wahyu yang menghidupkan hati yang mati dengan kekafiran dan kebodohan, membangkitkan kesadaran dan keimanan. Air hujan yang sama, bisa menghidupkan atau menyebabkan banjir jika berlebihan; demikian pula Al-Qur'an bisa menjadi petunjuk atau justru meningkatkan kesesatan bagi mereka yang menolaknya.
Namun, tidak semua hati merespons Al-Qur'an dengan cara yang sama. Ayat 22 membahas tentang hati yang dilapangkan oleh Allah untuk Islam (mendapatkan petunjuk) dan hati yang mengeras karena enggan menerima kebenaran. Hati yang telah dilapangkan akan merasakan ketenangan dan kedamaian dengan mengingat Allah, sementara hati yang keras akan merasakan kegelisahan dan kesesatan. Ini menunjukkan bahwa hidayah adalah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki, namun manusia juga memiliki kehendak bebas untuk memilih.
Al-Qur'an sendiri digambarkan sebagai Kitab yang serupa ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, yang menggetarkan kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka, kemudian kulit dan hati mereka menjadi lunak untuk mengingat Allah. Ini adalah gambaran tentang kekuatan spiritual Al-Qur'an yang mampu mengubah dan melembutkan hati yang keras, membawa ketenangan dan kekhusyukan. Ini adalah petunjuk Allah yang dengan itu Dia memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun baginya yang dapat memberi petunjuk.
Selanjutnya, surah ini memberikan perbandingan antara orang yang beribadah kepada banyak tuhan yang saling bertentangan (kaum musyrikin) dengan orang yang hanya beribadah kepada satu Tuhan yang jelas dan konsisten (kaum mukminin). Perbandingan ini menunjukkan betapa tidak logisnya menyembah banyak tuhan yang memiliki kehendak berbeda, dibandingkan dengan menyembah satu Tuhan yang Maha Esa dan memiliki kehendak tunggal yang sempurna. Ini menegaskan kembali prinsip tauhid.
Ayat 29 melukiskan perbandingan antara dua jenis manusia: satu adalah budak yang dimiliki oleh banyak tuan yang berselisih tentangnya, dan yang lain adalah budak yang hanya dimiliki oleh satu tuan yang adil. Ini adalah metafora yang kuat untuk menggambarkan kekacauan dan kebingungan dalam hati orang musyrik, dibandingkan dengan ketenangan dan keteguhan hati orang yang bertauhid. Tentunya, tidaklah sama kedua keadaan tersebut.
Bagian ini diakhiri dengan peringatan bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian, dan pada hari kiamat, semua akan berkumpul di hadapan Allah untuk dihisab. Hal ini berlaku universal, bahkan untuk Nabi Muhammad ﷺ sendiri. Ini adalah pengingat bahwa tidak ada yang abadi kecuali Allah, dan semua akan kembali kepada-Nya.
Bagian ini menyoroti perbedaan fundamental antara kebenaran dan kebatilan, serta nasib yang berbeda bagi para pengikutnya. Ayat 32 mengkritik orang yang mendustakan kebenaran (Al-Qur'an) yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ dan menuduhnya sebagai pembohong. Dinyatakan bahwa tidak ada yang lebih zalim dari orang yang mendustakan Allah dan kebenaran. Bagi orang-orang seperti ini, neraka Jahannam adalah tempat kembali mereka.
Di sisi lain, surah ini memuji orang-orang yang membenarkan kebenaran yang datang kepada mereka, yaitu Al-Qur'an dan risalah Nabi. Merekalah orang-orang yang bertakwa, dan bagi mereka disediakan pahala yang besar di sisi Tuhan mereka, termasuk pengampunan dosa-dosa dan balasan terbaik atas amal perbuatan mereka. Allah menjanjikan bahwa mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan, yang merupakan bagian dari rahmat-Nya yang melimpah.
Ayat 36-37 memberikan jaminan perlindungan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ dari rencana jahat orang-orang kafir. Allah bertanya, "Bukankah Allah cukup sebagai Pelindung hamba-Nya?" Ini adalah kalimat penenang bagi Nabi dan seluruh umat Islam yang menghadapi kesulitan. Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada yang dapat menyesatkan siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dan tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepada siapa yang disesatkan-Nya. Ini adalah pelajaran tentang tawakal (berserah diri) sepenuhnya kepada Allah.
Surah ini kemudian menantang kaum musyrikin dengan pertanyaan retoris tentang kekuatan berhala-berhala mereka. Jika Allah menghendaki keburukan bagi seseorang, apakah berhala-berhala itu mampu menghindarkannya? Dan jika Allah menghendaki rahmat bagi seseorang, apakah berhala-berhala itu mampu menahannya? Jawabannya tentu saja tidak. Ayat-ayat ini menunjukkan kelemahan total tuhan-tuhan palsu dan kesia-siaan menyembah mereka.
Ayat 38-39 menegaskan kembali bahwa kaum musyrikin itu sendiri mengakui Allah sebagai pencipta langit dan bumi, namun masih menyekutukan-Nya dalam ibadah. Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan, "Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nya sajalah bertawakkal orang-orang yang bertawakkal." Ini adalah pernyataan kuat tentang ketergantungan mutlak kepada Allah, bukan kepada makhluk.
Akhirnya, ayat 40 mengingatkan bahwa setiap orang akan tahu siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan di dunia dan azab yang kekal di akhirat. Ini adalah peringatan bagi mereka yang menentang Nabi dan risalahnya, bahwa konsekuensi dari penolakan mereka akan menjadi jelas pada waktunya.
Bagian ini membahas tentang kekuasaan Allah atas kehidupan, kematian, dan kebangkitan, menggunakan fenomena tidur sebagai perumpamaan. Ayat 42 menyatakan bahwa Allah-lah yang memegang jiwa-jiwa (ruh) ketika seseorang meninggal dunia, dan jiwa orang yang tidak mati (yaitu saat tidur) juga Dia pegang. Lalu Dia menahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Ini adalah bukti kekuasaan Allah atas kematian dan kehidupan, serta fakta bahwa tidur adalah sejenis "kematian kecil" di mana ruh seseorang seolah "diambil" sementara.
Perumpamaan ini dimaksudkan untuk memperkuat keyakinan akan kebangkitan. Jika Allah mampu mengembalikan ruh setelah tidur, mengapa sulit bagi-Nya untuk mengembalikannya setelah kematian? Ini menantang keraguan kaum kafir terhadap hari kiamat.
Ayat 43-45 kembali mengkritik tindakan kaum musyrikin yang mengambil penolong-penolong selain Allah, padahal tidak ada yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) kecuali dengan izin-Nya. Allah adalah Pemilik syafaat seluruhnya. Ketika nama Allah disebut semata, hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat menjadi jengkel dan terganggu. Tetapi ketika nama-nama tuhan selain Allah disebut, mereka merasa senang. Ini menunjukkan betapa keras dan sesatnya hati mereka.
Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi di langit dan di bumi. Dialah yang akan menghakimi semua perselisihan di antara hamba-hamba-Nya pada hari kiamat. Ayat 46 adalah doa yang bisa diucapkan oleh Nabi untuk meminta keputusan Allah di antara umatnya.
Kemudian, ayat 47-49 menggambarkan penyesalan orang-orang zalim pada hari kiamat. Sekalipun mereka memiliki kekayaan sebanyak isi bumi dan ditambah lagi sebanyak itu, mereka tidak akan sanggup menebus diri mereka dari azab yang dahsyat. Azab akan menimpa mereka dari arah yang tidak mereka duga, dan mereka akan menyadari betapa buruknya hasil perbuatan mereka. Ketika ditimpa bencana di dunia, mereka berdoa dengan tulus kepada Allah, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, mereka kembali ingkar dan menyekutukan-Nya. Ini adalah gambaran sifat dasar manusia yang lemah imannya.
Ayat 50 menyatakan bahwa azab serupa juga menimpa umat-umat terdahulu yang mendustakan. Perbuatan mereka tidak sedikit pun bermanfaat bagi mereka. Allah adalah Adil; Dia tidak menzalimi siapa pun. Ini adalah peringatan bahwa sejarah akan berulang bagi mereka yang mengulangi kesalahan serupa.
Bagian ini berisi salah satu ayat Al-Qur'an yang paling terkenal dan penuh harapan, yaitu ayat 53. Ayat ini adalah seruan universal kepada seluruh hamba Allah, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah mereka lakukan.
Ayat ini adalah mercusuar harapan bagi setiap pendosa. Ini mengajarkan bahwa pintu taubat selalu terbuka lebar, dan rahmat Allah jauh lebih luas dari segala dosa. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah, asalkan hamba tersebut bertaubat dengan tulus dan kembali kepada-Nya. Ini adalah inti dari sifat Allah yang Maha Pengampun (Al-Ghafur) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim).
Setelah seruan taubat ini, surah ini memberikan perintah untuk kembali kepada Allah (bertaubat) dan tunduk kepada-Nya (Islam) sebelum azab datang secara tiba-tiba, saat mereka tidak menyadarinya. Allah mengingatkan agar tidak ada yang mengatakan, "Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menjalankan perintah) Allah," atau "Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa." Atau "Sekiranya aku kembali lagi (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik." Penyesalan saat itu tidak akan ada gunanya.
Ayat-ayat ini juga mengkritik orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah; pada hari kiamat, wajah mereka akan menghitam dan mereka akan ditanya, "Bukankah dalam neraka Jahannam itu tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?" Ini adalah peringatan keras tentang konsekuensi kesombongan dan penolakan kebenaran. Sebaliknya, Allah akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa ke tempat yang aman, tidak akan disentuh oleh azab, dan mereka tidak akan bersedih hati.
Allah menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran, dan setiap jiwa akan dibalas sesuai dengan apa yang ia kerjakan, tanpa dizalimi sedikit pun. Ini adalah penegasan kembali keadilan ilahi.
Bagian ini menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu dan gambaran dahsyat tentang hari kiamat. Ayat 62 menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dialah yang memiliki kunci-kunci langit dan bumi. Ini adalah penegasan kembali rububiyah Allah dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan-Nya.
Ayat 64-65 menyampaikan perintah kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk menegaskan bahwa ia dilarang menyembah selain Allah, seperti yang dilakukan oleh kaum musyrikin. Ini adalah peringatan keras kepada Nabi dan semua umat Islam agar tidak terjerumus ke dalam syirik, karena syirik akan menghapuskan semua amal kebaikan. Ini menunjukkan betapa seriusnya dosa syirik di sisi Allah, bahkan untuk seorang Nabi sekalipun.
Kemudian surah ini melukiskan pemandangan hari kiamat yang paling dahsyat: tiupan sangkakala (sur). Pada tiupan pertama, semua yang ada di langit dan di bumi akan mati kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian tiupan kedua, dan tiba-tiba mereka berdiri (hidup kembali) melihat. Bumi akan bercahaya dengan cahaya Tuhannya, catatan amal akan dibentangkan, para nabi dan saksi akan didatangkan, dan akan diputuskan di antara mereka dengan adil, tanpa ada yang dizalimi.
Pemandangan ini menekankan kebesaran Allah, kehinaan seluruh makhluk di hadapan-Nya, dan keadilan mutlak yang akan ditegakkan pada hari itu. Setiap jiwa akan menerima balasan yang setimpal atas apa yang telah dikerjakannya.
Bagian terakhir surah ini berisi gambaran yang paling detail dan menyentuh tentang nasib akhir manusia di hari kiamat, di mana mereka akan digiring dalam rombongan-rombongan ke neraka atau surga.
Rombongan ke Neraka (Ayat 71-72): Orang-orang kafir digiring ke Jahannam secara berombongan. Ketika mereka sampai di sana, pintu-pintunya akan dibukakan, dan para penjaga neraka akan bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang menyampaikan ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkanmu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka akan menjawab, "Benar, telah datang." Namun, saat itu sudah terlambat. Keputusan azab telah pasti bagi orang-orang kafir. Kemudian mereka akan diperintahkan, "Masuklah kamu ke pintu-pintu Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka, amat buruklah tempat tinggal orang-orang yang menyombongkan diri itu." Ini adalah pemandangan kehinaan, penyesalan, dan azab yang abadi.
Rombongan ke Surga (Ayat 73-74): Sebaliknya, orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka akan digiring ke surga secara berombongan. Ketika mereka sampai di sana, pintu-pintunya telah dibukakan, dan para penjaga surga akan menyambut mereka dengan ucapan, "Salam sejahtera atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah kamu ke dalamnya, sedang kamu kekal di dalamnya." Mereka akan memuji Allah yang telah menepati janji-Nya dan mewarisi bumi (surga), menempatkan mereka di mana saja mereka kehendaki. Surga adalah tempat yang penuh kenikmatan, kedamaian, dan keabadian. Ayat-ayat ini menggambarkan kebahagiaan dan kepuasan penghuni surga yang tiada tara, sebagai balasan atas ketakwaan mereka di dunia.
Penutup Surah (Ayat 75): Surah ditutup dengan pemandangan keagungan Allah yang meliputi seluruh alam semesta. Para malaikat terlihat mengelilingi Arasy (singgasana) Allah, bertasbih dengan memuji Tuhan mereka. Dan diputuskanlah di antara hamba-hamba Allah dengan adil. Dan diucapkanlah, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." Ini adalah penutup yang agung, menegaskan kekuasaan mutlak Allah, keadilan-Nya, dan kemuliaan-Nya yang tiada tara, sekaligus merangkum seluruh tema surah dengan pengakuan akan kebesaran-Nya.
Surah Az-Zumar adalah sumber hikmah yang tak terbatas, menawarkan pelajaran mendalam yang relevan untuk setiap aspek kehidupan seorang Muslim. Berikut adalah beberapa aplikasi praktis dari pesan-pesan surah ini:
Pelajaran terpenting dari Az-Zumar adalah penegasan tauhid. Surah ini secara konsisten menyeru manusia untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti memastikan bahwa setiap perbuatan ibadah, baik shalat, puasa, sedekah, maupun doa, semata-mata ditujukan untuk mencari ridha Allah, tanpa mengharapkan pujian manusia atau tujuan duniawi lainnya. Ini juga berarti menjauhi segala bentuk syirik, baik syirik besar maupun syirik kecil, seperti riya' (pamer) dalam beramal.
Surah ini mengajak kita untuk mengamati dan merenungkan penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, serta proses kehidupan dan kematian. Dengan merenungkan ciptaan Allah, iman kita akan bertambah kuat, dan kita akan semakin menyadari keesaan, kekuasaan, dan kebijaksanaan-Nya. Ini mendorong kita untuk menjadi hamba yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya.
Gambaran rinci tentang hari kiamat, hisab, surga, dan neraka dalam surah ini berfungsi sebagai pengingat konstan akan tujuan akhir kehidupan. Mengingat kematian dan hari penghisaban dapat memotivasi kita untuk berbuat lebih banyak kebaikan, menghindari kemaksiatan, dan mempersiapkan diri dengan amal saleh. Kesadaran bahwa kita akan digiring dalam rombongan ke salah satu dari dua tempat abadi seharusnya menjadi pendorong kuat untuk memilih jalan kebenaran.
Ayat 53 adalah hadiah luar biasa dari Allah kepada seluruh umat manusia. Ini mengajarkan kita untuk tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, tidak peduli seberapa banyak dosa yang telah kita perbuat. Pintu taubat selalu terbuka. Ini mendorong kita untuk segera bertaubat setiap kali melakukan kesalahan, dengan keyakinan penuh bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Rahmat Allah jauh lebih luas dari dosa-dosa kita.
Al-Qur'an digambarkan sebagai petunjuk yang menghidupkan hati. Pelajaran ini mengajarkan kita untuk tidak hanya membaca Al-Qur'an, tetapi juga merenungi maknanya, memahami pesannya, dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan. Al-Qur'an adalah cahaya yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dan siapa yang mengikutinya akan mendapatkan hidayah.
Kisah Nabi Muhammad ﷺ yang teguh dalam menghadapi penolakan dan penganiayaan adalah teladan bagi kita. Dalam menghadapi kesulitan hidup atau cobaan dalam berdakwah, kita diajarkan untuk bersabar, bertawakal kepada Allah, dan tetap teguh pada prinsip-prinsip kebenaran. Allah adalah Pelindung terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
Konsep "rombongan-rombongan" di hari kiamat secara implisit mengingatkan kita tentang pentingnya memilih teman dan lingkungan yang baik. Kita cenderung berkumpul dengan orang-orang yang memiliki nilai-nilai dan tujuan yang sama. Memastikan bahwa kita berada dalam "rombongan" yang benar di dunia ini akan membantu kita berada di "rombongan" yang benar di akhirat.
Meskipun tidak ada hadis sahih spesifik yang menyebutkan keutamaan Surah Az-Zumar secara individual seperti beberapa surah lainnya (misalnya Al-Kahfi atau Al-Mulk), para ulama sepakat bahwa membaca, memahami, dan mengamalkan isi Surah Az-Zumar membawa banyak keberkahan dan pahala yang besar, sebagaimana halnya seluruh Al-Qur'an. Keutamaan umum membaca Al-Qur'an, di mana setiap hurufnya dibalas dengan kebaikan, berlaku penuh untuk Surah Az-Zumar.
Namun, keutamaan surah ini dapat dilihat dari efek spiritual dan keimanan yang ditimbulkannya pada pembaca yang merenung, yaitu:
Membaca surah ini dengan pemahaman dan penghayatan akan membawa pembacanya pada refleksi diri yang mendalam, memperkuat ikatan spiritual dengan Allah, dan membimbing menuju jalan kebenaran.
Surah Az-Zumar adalah surah yang kaya akan pesan-pesan fundamental tentang Islam. Dari awal hingga akhir, surah ini secara konsisten menegaskan keesaan Allah (Tauhid) sebagai inti dari seluruh ajaran. Ia menantang klaim-klaim palsu kemusyrikan dan membuktikan kelemahan penyembahan berhala melalui argumen-argumen rasional yang diambil dari penciptaan alam semesta.
Di samping itu, Surah Az-Zumar menyajikan gambaran yang jelas dan menggugah tentang realitas hari kiamat, di mana setiap jiwa akan menghadapi konsekuensi dari pilihannya di dunia. Konsep "rombongan-rombongan" yang menuju surga atau neraka berfungsi sebagai pengingat yang kuat akan pentingnya memilih jalan yang benar dan berpegang teguh pada petunjuk Allah.
Salah satu pesan paling menghibur dan penuh harapan dalam surah ini adalah seruan untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah, bahkan setelah melakukan dosa-dosa besar, asalkan diikuti dengan taubat yang tulus. Ini menunjukkan keagungan dan kasih sayang Allah yang tak terbatas.
Secara keseluruhan, Surah Az-Zumar adalah sebuah peringatan, sebuah petunjuk, dan sebuah harapan. Ia mengingatkan kita akan keagungan Allah, keadilan-Nya, dan pentingnya menjalani hidup dengan kesadaran akan hari akhir. Bagi setiap Muslim yang merenungkan ayat-ayatnya, surah ini berfungsi sebagai kompas moral dan spiritual yang membimbing menuju kehidupan yang bermakna dan kebahagiaan abadi di sisi Allah.