Ilustrasi visual dari momen penting dalam kisah Nabi Yusuf.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, khususnya dalam Surat Yusuf, senantiasa mengandung hikmah dan pelajaran yang mendalam. Salah satu momen paling dramatis dan penuh ketegangan dalam kisah Nabi Yusuf adalah ketika saudara-saudaranya datang ke Mesir untuk mencari perbekalan dan akhirnya berhadapan langsung dengan Yusuf yang telah menjadi penguasa negeri tersebut. Frasa "Walamma daholu ala Yusuf awa" (Ketika mereka masuk menemui Yusuf) mengawali sebuah babak baru yang sarat dengan ujian, pengakuan, dan akhirnya pengampunan.
Bertahun-tahun telah berlalu sejak Yusuf dilempar ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya karena rasa iri dan dengki. Setelah melalui serangkaian cobaan yang luar biasa, mulai dari menjadi budak, difitnah, hingga dipenjara, Allah SWT mengangkat derajatnya menjadi salah satu pejabat tinggi di Mesir. Ia diberi kemampuan untuk menafsirkan mimpi dan mengelola persediaan makanan, sebuah keahlian yang kelak sangat dibutuhkan oleh negerinya dan bahkan oleh keluarganya sendiri.
Saat itu, Mesir mengalami musim kemarau panjang dan paceklik hebat, sementara negeri-negeri lain, termasuk Kanaan tempat tinggal ayah dan saudara-saudara Yusuf, juga dilanda kelaparan. Dalam kondisi terdesak, saudara-saudara Yusuf terpaksa berangkat ke Mesir untuk mencari sumber makanan. Mereka tidak mengenali Yusuf yang kini telah berubah penampilan, memiliki kedudukan tinggi, dan berbicara dalam bahasa yang berbeda. Bagi mereka, Yusuf hanyalah seorang pejabat Mesir yang berkuasa.
Ketika mereka masuk menemui Yusuf ("Walamma daholu ala Yusuf awa"), suasana menjadi sangat menegangkan. Yusuf, yang sudah mengetahui identitas mereka, bertindak penuh kebijaksanaan. Ia memperlakukan mereka dengan ramah dan memberikan perbekalan yang mereka butuhkan. Namun, ia juga menguji mereka dengan cara yang halus. Ia bertanya tentang kondisi keluarga mereka, terutama tentang ayah mereka, Nabi Ya'qub AS.
Yusuf tidak langsung menampakkan jati dirinya. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah saudara-saudaranya telah berubah dan apakah mereka masih menyimpan rasa bersalah atas perbuatan mereka di masa lalu. Ia juga ingin menguji kesabaran dan keteguhan hati ayah mereka. Dalam salah satu ujiannya, Yusuf membuat rencana agar salah satu dari saudara-saudaranya (yang bernama Bunyamin) ditahan di Mesir, sebagai ganti dari perbekalan yang mereka ambil. Ini adalah sebuah strategi untuk mempertemukan kembali Bunyamin, adik kandung Yusuf yang paling disayanginya, dengan dirinya.
Setelah serangkaian kejadian yang menegangkan dan ujian yang berulang, akhirnya hati saudara-saudara Yusuf tergerak oleh penyesalan mendalam. Mereka menceritakan penderitaan yang dialami ayah mereka, Nabi Ya'qub AS, akibat kehilangan Yusuf dan Bunyamin. Mereka mengakui kesalahan besar yang pernah mereka lakukan. Momen inilah yang menjadi titik balik dalam kisah ini.
Ketika Yusuf melihat ketulusan penyesalan mereka dan mendengar cerita tentang derita ayahnya, hatinya yang tadinya tertahan pun luluh. Ia tidak sanggup lagi menyembunyikan identitasnya. Dalam tangis haru, ia akhirnya memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya. "Apakah kamu ini Yusuf?" tanya mereka dengan takjub dan penuh keraguan. Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf, dan inilah saudaraku Bunyamin."
Perasaan campur aduk meliputi mereka: kebahagiaan karena bertemu kembali dengan Yusuf yang mereka kira telah tiada, rasa malu dan bersalah atas perbuatan mereka, serta kelegaan karena penderitaan keluarga mereka akan segera berakhir. Yusuf, dengan jiwa pemaafnya yang mulia, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebaliknya, ia justru memaafkan semua perbuatan saudara-saudaranya. Ia berfirman, "Pada hari ini tidak ada cercaan terhadapmu, mudah-mudahan Allah mengampunimu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang." (QS. Yusuf: 92).
Kisah "Walamma daholu ala Yusuf awa" memberikan pelajaran yang tak ternilai. Pertama, tentang kekuatan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup. Yusuf menunjukkan bahwa dengan tawakal dan keyakinan kepada Allah, kesulitan sebesar apapun pasti akan berakhir. Kedua, tentang pentingnya pemaafan. Yusuf, meskipun telah dizalimi dengan kejam, mampu memaafkan saudara-saudaranya, menunjukkan ketinggian akhlak dan kebesaran jiwanya.
Kisah ini juga mengajarkan kita tentang bagaimana Allah mengatur segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Peristiwa pahit yang dialami Yusuf ternyata menjadi jalan bagi terwujudnya kebaikan yang lebih besar, yaitu penyelamatan keluarganya dari kelaparan dan penyatuan kembali keluarga yang terpecah belah. Pertemuan yang penuh drama ini menjadi pengingat bahwa setiap rencana manusia bisa gagal, namun rencana Allah adalah yang paling sempurna.