Konsep PH Atman, atau lebih tepatnya Atman itu sendiri, merupakan salah satu pilar fundamental dalam berbagai tradisi spiritual dan filosofis India, terutama Hinduisme, Jainisme, dan Buddhisme. Kata "Atman" berasal dari bahasa Sanskerta yang secara harfiah berarti "diri" atau "jiwa". Namun, maknanya jauh lebih dalam dari sekadar identitas pribadi yang kita kenal sehari-hari. Dalam konteks spiritual, Atman merujuk pada esensi murni, abadi, dan tak berubah dari keberadaan individu, yang pada akhirnya diyakini identik dengan Brahman – realitas transenden tertinggi yang menjadi sumber segala sesuatu.
Atman seringkali diibaratkan sebagai inti diri yang tidak tersentuh oleh perubahan, penderitaan, kelahiran, maupun kematian. Ia adalah percikan ilahi yang ada di dalam setiap makhluk hidup, namun seringkali terhalang oleh ego, keinginan, dan ketidaktahuan (avidya). Pemahaman yang keliru tentang diri kita sebagai tubuh, pikiran, atau perasaan inilah yang menyebabkan kita terikat pada siklus kelahiran dan kematian (samsara) serta mengalami penderitaan.
Berbeda dengan ego atau 'aku' individual yang bersifat sementara dan berubah-ubah, Atman adalah kesadaran murni yang bersifat saksi. Ia adalah observer yang melihat segala sesuatu terjadi tanpa terpengaruh olehnya. Konsep ini menekankan bahwa identitas sejati kita bukanlah apa yang kita miliki, apa yang kita lakukan, atau bagaimana orang lain melihat kita, melainkan inti kesadaran yang tak tergoyahkan di dalam diri.
Inti ajaran Vedanta, salah satu aliran filsafat Hinduisme, adalah pengakuan bahwa Atman dan Brahman adalah satu dan sama. Pernyataan mahavakya seperti "Tat Tvam Asi" (Engkaulah Itu) dan "Aham Brahmasmi" (Aku adalah Brahman) menegaskan kesatuan fundamental ini. Ketika seseorang berhasil melampaui ilusi dualitas yang diciptakan oleh ego dan ketidaktahuan, ia akan menyadari bahwa dirinya adalah bagian tak terpisahkan dari kesadaran kosmik yang maha luas, yaitu Brahman.
Perjalanan spiritual seringkali diartikan sebagai proses 'kembali' atau penyatuan kembali dengan Brahman. Ini bukanlah tentang menciptakan sesuatu yang baru, melainkan tentang mengenali dan merealisasikan apa yang sudah ada sejak awal. Pengetahuan tentang Atman bukanlah sekadar pengetahuan intelektual, melainkan pengalaman langsung yang dicapai melalui meditasi, kontemplasi, dan praktik spiritual lainnya.
Meskipun konsep Atman terdengar abstrak, pemahamannya dapat memberikan pandangan dan aplikasi yang sangat praktis dalam kehidupan sehari-hari:
Jalan untuk merealisasikan Atman bukanlah jalan yang mudah, namun sangat bernilai. Berbagai jalan spiritual, seperti karma yoga (jalan tindakan tanpa pamrih), jnana yoga (jalan pengetahuan), bhakti yoga (jalan pengabdian), dan raja yoga (jalan meditasi), menawarkan metode yang berbeda untuk mencapai kesadaran Atman. Kuncinya adalah konsistensi, kesabaran, dan kejujuran dalam praktik spiritual.
Pada akhirnya, "PH Atman" bukanlah sebuah entitas terpisah, melainkan pengingat akan hakikat diri kita yang sesungguhnya – kesadaran murni yang tak terbatas, abadi, dan penuh kebahagiaan. Memahami dan menginternalisasi konsep ini adalah kunci untuk menemukan kedamaian, kebahagiaan sejati, dan pembebasan dari belenggu kehidupan.