Memahami Persentase Pemberian ASI Eksklusif Menurut WHO: Tantangan dan Harapan Global
Ilustrasi sederhana yang melambangkan kesehatan dan nutrisi.
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah tonggak penting dalam tumbuh kembang optimal seorang bayi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif kepada bayi hingga usia enam bulan, yang berarti bayi hanya mendapatkan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain, bahkan air putih. Setelah enam bulan, bayi disarankan untuk mulai mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) sambil tetap melanjutkan pemberian ASI hingga dua tahun atau lebih.
Upaya global untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif terus dilakukan, namun angka persentase pemberian ASI eksklusif menurut WHO menunjukkan gambaran yang kompleks dan bervariasi di berbagai negara dan wilayah. Data terkini dari WHO dan badan-badan terkait, seperti UNICEF, seringkali menjadi acuan dalam menilai kemajuan program kesehatan ibu dan anak.
Angka Global: Realitas yang Perlu Dihadapi
Secara global, meskipun ada peningkatan kesadaran dan dukungan terhadap praktik menyusui, persentase bayi yang berhasil mendapatkan ASI eksklusif hingga enam bulan masih belum mencapai target ideal yang ditetapkan oleh WHO. Angka ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk:
Budaya dan Tradisi: Di beberapa masyarakat, praktik memberikan minuman lain seperti air gula atau teh kepada bayi sejak dini masih umum dilakukan, bahkan dipercaya memiliki manfaat.
Kurangnya Dukungan Lingkungan Kerja: Banyak ibu yang bekerja menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan ASI eksklusif karena fasilitas laktasi yang minim atau kebijakan perusahaan yang kurang mendukung ibu menyusui.
Informasi yang Keliru: Misinformasi mengenai kecukupan ASI atau kekhawatiran akan nutrisi bayi seringkali membuat ibu terburu-buru memberikan susu formula atau makanan pendamping sebelum waktunya.
Akses Terbatas terhadap Layanan Kesehatan: Di daerah terpencil atau negara dengan sistem kesehatan yang kurang memadai, konseling laktasi dan dukungan pasca persalinan mungkin sulit dijangkau.
Faktor Medis: Meskipun jarang, ada kondisi medis tertentu pada ibu atau bayi yang mungkin memengaruhi kemampuan menyusui secara eksklusif.
Data WHO seringkali disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang menunjukkan tren dari waktu ke waktu dan perbandingan antar negara. Meskipun tidak ada satu angka tunggal yang mewakili seluruh dunia secara sempurna setiap saat (mengingat pengumpulan data memerlukan waktu), laporan-laporan dari berbagai survei kesehatan nasional yang dihimpun oleh WHO memberikan gambaran yang cukup jelas.
Pentingnya ASI Eksklusif: Manfaat yang Tak Tergantikan
Mengapa WHO sangat menekankan ASI eksklusif? Manfaatnya sangat luas dan berkelanjutan, baik bagi bayi maupun ibu:
Nutrisi Sempurna: ASI mengandung semua nutrisi, antibodi, dan enzim yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal di enam bulan pertama kehidupannya. Komposisi ASI bahkan berubah sesuai dengan kebutuhan bayi seiring waktu.
Peningkatan Sistem Kekebalan Tubuh: ASI membantu melindungi bayi dari berbagai infeksi, seperti diare, pneumonia, infeksi telinga, dan alergi.
Perkembangan Kognitif: Menyusui dikaitkan dengan perkembangan kognitif yang lebih baik dan skor kecerdasan yang lebih tinggi pada anak.
Mengurangi Risiko Penyakit Jangka Panjang: Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko lebih rendah terkena obesitas, diabetes tipe 1 dan 2, serta penyakit jantung di kemudian hari.
Manfaat bagi Ibu: Menyusui membantu ibu pulih lebih cepat pasca persalinan, mengurangi risiko pendarahan, dan menurunkan kemungkinan terkena kanker payudara dan ovarium. Ini juga merupakan cara yang alami dan ekonomis untuk memberi makan bayi.
Tantangan dan Strategi Peningkatan di Tingkat Nasional
Setiap negara menghadapi tantangan unik dalam meningkatkan persentase ASI eksklusif. Indonesia, misalnya, terus berupaya melalui berbagai program:
Kampanye Edukasi: Sosialisasi masif mengenai pentingnya ASI eksklusif melalui media, puskesmas, dan kader kesehatan.
Peraturan Pendukung: Pemberlakuan kebijakan seperti Kawasan Tanpa Rokok yang diperluas menjadi Kawasan Tanpa Buangan ASI Formula, serta peraturan tentang promosi susu formula.
Dukungan Tempat Kerja: Mendorong perusahaan untuk menyediakan ruang laktasi dan fleksibilitas bagi ibu menyusui.
Pelatihan Tenaga Kesehatan: Meningkatkan kapasitas bidan, dokter, dan perawat dalam memberikan konseling laktasi yang efektif.
Meskipun angka global masih menjadi pekerjaan rumah besar, setiap peningkatan persentase pemberian ASI eksklusif adalah kemenangan kecil yang signifikan. Komitmen dari keluarga, masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan sangat krusial untuk memastikan lebih banyak bayi di seluruh dunia mendapatkan hak fundamental mereka akan nutrisi terbaik dari ibunya.
Melihat kembali data dan rekomendasi WHO, fokus pada advokasi, edukasi berkelanjutan, dan penciptaan lingkungan yang suportif adalah kunci untuk mencapai target cakupan ASI eksklusif yang lebih tinggi, demi generasi yang lebih sehat di masa depan.