Artemia, atau yang sering disebut udang renik, adalah salah satu pakan alami paling populer di dunia akuakultur. Ukuran tubuhnya yang kecil, kandungan nutrisi yang kaya, serta kemudahannya untuk dibudidayakan menjadikannya pilihan utama bagi para pembudidaya ikan hias, udang, dan berbagai jenis biota air lainnya. Keberhasilan dalam pembuatan artemia sangat krusial untuk memastikan ketersediaan pakan berkualitas bagi larva dan benih. Panduan ini akan membahas secara tuntas langkah-langkah pembuatan artemia, mulai dari persiapan hingga panen.
Mengapa Artemia Penting?
Artemia memiliki beberapa keunggulan signifikan yang menjadikannya pakan idaman:
Kandungan Nutrisi Tinggi: Artemia kaya akan protein, lemak esensial (terutama asam lemak omega-3), vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan larva.
Ukuran yang Sesuai: Ukurannya yang mikroskopis sangat cocok untuk mulut larva ikan dan udang yang masih sangat kecil, memastikan mereka dapat menelan dan mencernanya dengan baik.
Mudah Ditemukan dan Dibudidayakan: Telur artemia (cyst) dapat disimpan dalam jangka waktu lama dan mudah dierami kapan saja dibutuhkan. Proses penetasannya relatif sederhana dan tidak memerlukan teknologi canggih.
Meningkatkan Tingkat Kelangsungan Hidup: Pemberian artemia sebagai pakan awal terbukti dapat meningkatkan persentase kelangsungan hidup (survival rate) larva secara signifikan.
Fleksibilitas Nutrisi: Artemia dapat diperkaya (enrichment) dengan berbagai nutrisi tambahan sebelum diberikan kepada larva, menyesuaikan kebutuhan spesifik.
Persiapan Bahan dan Alat untuk Pembuatan Artemia
Sebelum memulai proses penetasan, pastikan Anda telah menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Bahan dan alat yang Anda butuhkan antara lain:
Bahan-bahan:
Telur Artemia (Cyst): Pilihlah telur artemia dari merek terpercaya dengan kualitas tetas (hatching rate) yang tinggi. Kualitas telur sangat menentukan keberhasilan penetasan.
Air Garam (Brine): Gunakan air bersih yang sudah dilarutkan dengan garam. Tingkat salinitas yang ideal berkisar antara 1.018 hingga 1.025 ppt (parts per thousand) atau sekitar 25-30 gram garam per liter air. Garam yang digunakan sebaiknya garam murni (NaCl) tanpa tambahan yodium atau anti-caking agent.
Aerasi: Udara yang cukup diperlukan untuk menjaga telur tetap tersuspensi dan pasokan oksigen.
Alat-alat:
Wadah Penetasan: Bisa berupa botol plastik bekas, akuarium kecil, atau wadah khusus penetasan artemia. Pastikan wadah bersih dan kedap udara jika diperlukan.
Sistem Aerasi: Pompa udara dan selang aerasi (air stone) untuk menghasilkan gelembung udara yang halus.
Pemanas (Opsional): Jika suhu ruangan terlalu dingin, gunakan pemanas akuarium untuk menjaga suhu air optimal.
Termometer: Untuk memantau suhu air.
Siphon atau Selang Kecil: Untuk mengambil nauplii saat panen.
Saringan Halus: Untuk memisahkan nauplii dari air garam.
Langkah-Langkah Pembuatan Artemia
Proses penetasan artemia umumnya memakan waktu sekitar 24 hingga 36 jam, tergantung pada suhu dan kualitas telur. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Menyiapkan Larutan Garam
Larutkan garam murni dalam air bersih hingga mencapai salinitas yang diinginkan (1.018-1.025 ppt). Aduk hingga garam benar-benar larut. Jika menggunakan air PAM, sebaiknya diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam untuk menghilangkan klorin.
2. Menentukan Suhu Optimal
Suhu air adalah faktor krusial. Suhu ideal untuk penetasan artemia adalah antara 25-30°C. Suhu yang lebih tinggi mempercepat penetasan, namun bisa menurunkan kualitas nauplii jika terlalu ekstrem. Gunakan termometer untuk memantau dan pemanas jika perlu.
3. Menambahkan Telur Artemia
Masukkan telur artemia ke dalam wadah penetasan yang sudah berisi larutan garam dengan suhu yang sesuai. Dosis yang umum digunakan adalah sekitar 1-3 gram telur per liter air.
4. Memberikan Aerasi yang Cukup
Pasang sistem aerasi dan atur agar gelembung udara yang dihasilkan cukup untuk menjaga telur tetap melayang di dalam air. Hindari aerasi yang terlalu kuat karena dapat merusak nauplii yang baru menetas. Gelembung udara harus merata di seluruh bagian wadah.
5. Pengaturan pH (Opsional namun Disarankan)
pH optimal untuk penetasan artemia berkisar antara 8.0 hingga 8.5. Jika pH larutan terlalu rendah, Anda bisa menaikkannya dengan menambahkan sedikit natrium bikarbonat (soda kue) atau natrium karbonat. Namun, dalam banyak kasus, penggunaan air laut atau larutan garam yang tepat sudah cukup menjaga pH.
6. Proses Penetasan
Biarkan proses penetasan berlangsung selama 24-36 jam. Anda akan melihat cangkang telur pecah dan nauplii mulai berenang. Nauplii artemia yang baru menetas berwarna oranye terang dan akan bergerak aktif.
Panen Artemia
Setelah artemia menetas, saatnya untuk memanennya:
Matikan aerasi sekitar 10-15 menit sebelum panen.
Nauplii yang sudah menetas akan berkumpul di bagian bawah wadah, sementara cangkang telur yang kosong akan mengapung di permukaan.
Gunakan siphon atau selang kecil untuk menyedot nauplii dari bagian bawah wadah.
Saring nauplii menggunakan saringan halus yang ukurannya sesuai dengan kebutuhan larva Anda.
Cuci nauplii sebentar dengan air tawar bersih untuk menghilangkan sisa garam, lalu segera berikan kepada larva.
Tips Tambahan:
Kualitas Air: Jaga kebersihan wadah penetasan dan gunakan air berkualitas baik.
Penyimpanan: Telur artemia yang belum ditetaskan sebaiknya disimpan di tempat sejuk dan kering untuk menjaga daya tetasnya.
Pakan untuk Larva: Artemia yang baru menetas (tanpa ditambahkan pakan khusus) ideal untuk larva yang baru menetas. Untuk larva yang lebih besar, Anda bisa melakukan enrichment pada artemia dengan pakan kaya nutrisi seperti spirulina atau minyak ikan.
Dengan mengikuti panduan ini, Anda akan dapat melakukan pembuatan artemia sendiri secara efektif. Ketersediaan pakan alami yang berkualitas akan menjadi fondasi kuat bagi keberhasilan budidaya Anda.