Menyusui adalah momen istimewa yang memberikan nutrisi terbaik bagi bayi. Namun, apa yang dikonsumsi ibu menyusui dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas ASI, serta kesehatan bayi. Meskipun ASI adalah sumber nutrisi utama, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari atau dikonsumsi dengan sangat hati-hati oleh ibu menyusui demi menjaga kesehatan bayi.
Komponen-komponen dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu dapat terserap ke dalam aliran darah dan kemudian masuk ke dalam ASI. Bayi, terutama bayi baru lahir, memiliki sistem pencernaan dan metabolisme yang masih berkembang. Beberapa zat dalam makanan atau minuman ibu bisa jadi sulit dicerna oleh bayi, menyebabkan reaksi alergi, ketidaknyamanan pencernaan, atau bahkan masalah kesehatan jangka panjang.
Kafein yang terkandung dalam kopi, teh, cokelat, dan beberapa minuman bersoda dapat terserap ke dalam ASI. Bayi memiliki kesulitan memetabolisme kafein, sehingga penumpukan kafein dalam tubuh bayi dapat menyebabkan iritabilitas, sulit tidur, dan gelisah. Disarankan untuk membatasi asupan kafein harian tidak lebih dari 200-300 mg (sekitar 1-2 cangkir kopi). Perhatikan juga sumber kafein tersembunyi seperti obat pereda nyeri atau suplemen.
Alkohol adalah zat yang sangat tidak disarankan untuk ibu menyusui. Alkohol dapat masuk ke dalam ASI dalam jumlah yang signifikan dan dapat menghambat perkembangan bayi. Meskipun konsumsi alkohol dalam jumlah sangat sedikit dan jarang mungkin tidak berbahaya, banyak ahli menyarankan untuk menghindarinya sama sekali. Jika terpaksa mengonsumsi alkohol, tunggulah setidaknya 2-3 jam per sajian sebelum menyusui kembali.
Beberapa jenis ikan laut mengandung kadar merkuri yang tinggi. Merkuri dapat menumpuk dalam tubuh bayi dan berdampak buruk pada perkembangan sistem sarafnya. Ibu menyusui sebaiknya menghindari ikan seperti hiu, todak, makarel raja, dan tuna sirip biru. Pilihlah ikan rendah merkuri seperti salmon, sarden, ikan lele, atau udang.
Beberapa ibu mengeluhkan bayi mereka menjadi rewel atau kolik setelah mereka mengonsumsi makanan yang sangat pedas. Meskipun ini tidak berlaku untuk semua bayi, beberapa bayi mungkin sensitif terhadap capsaicin (senyawa pedas). Jika Anda curiga makanan pedas memengaruhi bayi Anda, cobalah untuk menghindarinya dan lihat apakah ada perubahan.
Sekitar 1-2% bayi mungkin memiliki alergi terhadap protein susu sapi. Jika bayi Anda menunjukkan gejala seperti ruam, eksim, kolik parah, diare, atau darah dalam tinja setelah ibu mengonsumsi produk susu sapi, dokter mungkin menyarankan ibu untuk menghilangkan produk susu sapi dari dietnya. Alergen potensial lain yang terkadang perlu diwaspadai adalah telur, kacang-kacangan, kedelai, dan gandum.
Makanan olahan, makanan cepat saji, dan minuman manis cenderung rendah nutrisi tetapi tinggi kalori, gula, garam, dan lemak tidak sehat. Mengonsumsi makanan ini secara berlebihan dapat memengaruhi kesehatan ibu dan tidak memberikan manfaat nutrisi yang berarti bagi bayi melalui ASI. Fokuslah pada makanan utuh yang bergizi.
Selain kafein, beberapa jenis teh herbal juga perlu diwaspadai. Misalnya, teh peppermint atau sage terkadang dikaitkan dengan penurunan produksi ASI pada beberapa wanita. Konsultasikan dengan dokter atau konsultan laktasi mengenai konsumsi teh herbal.
Setiap bayi adalah individu yang unik. Apa yang memicu reaksi pada satu bayi belum tentu memengaruhi bayi lain. Cara terbaik untuk mengetahui apakah ada makanan atau minuman yang memengaruhi bayi Anda adalah dengan mengamati perilakunya. Catat apa yang Anda makan dan minuman, serta amati respons bayi Anda.
Jika Anda merasa ada makanan atau minuman tertentu yang menyebabkan ketidaknyamanan pada bayi Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau konsultan laktasi. Mereka dapat memberikan panduan yang tepat dan membantu Anda menyusun pola makan yang sehat dan aman bagi Anda dan buah hati.
Ingatlah bahwa periode menyusui adalah masa yang penuh penyesuaian. Dengan pengetahuan yang tepat dan perhatian pada kebutuhan bayi Anda, Anda dapat memberikan yang terbaik melalui ASI.