Dalam Islam, berpakaian bukan sekadar urusan estetika atau penentu gaya, melainkan sebuah ibadah yang memiliki batasan dan tujuan yang mendalam. Prinsip utama di balik aturan berpakaian dalam Islam adalah untuk menjaga kesopanan, kehormatan diri, dan mencegah fitnah. Konsep ini seringkali diterjemahkan melalui kata kunci "batasan berpakaian dalam Islam" yang mencakup berbagai aspek, mulai dari jenis pakaian, cara memakainya, hingga niat di baliknya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 26 yang artinya, "Wahai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka mengingatnya." Ayat ini secara jelas menunjukkan dua fungsi utama pakaian: menutupi aurat dan sebagai perhiasan. Namun, yang lebih ditekankan adalah "pakaian takwa," yang menyiratkan bahwa di balik busana fisik, ada tanggung jawab moral dan spiritual yang harus dijaga.
Lebih lanjut, berpakaian dalam Islam memiliki tujuan untuk:
Bagi wanita Muslimah, batasan berpakaian dalam Islam seringkali menjadi topik diskusi yang lebih luas, terutama terkait kewajiban menutup aurat secara lebih komprehensif. Sebagian besar ulama sepakat bahwa aurat wanita di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Oleh karena itu, pakaian seorang Muslimah harus memenuhi kriteria berikut:
Hijab (penutup kepala) dan jilbab (pakaian luar yang longgar) adalah manifestasi dari batasan berpakaian ini bagi banyak Muslimah di seluruh dunia. Namun, penting untuk diingat bahwa pemahaman dan praktik penerapan batasan ini dapat bervariasi di kalangan umat Islam, dipengaruhi oleh budaya, mazhab, dan tingkat pemahaman individual.
Meskipun seringkali menjadi sorotan utama, batasan berpakaian dalam Islam juga berlaku bagi laki-laki Muslim. Batasan aurat laki-laki di hadapan laki-laki lain dan wanita mahramnya adalah dari pusar hingga lutut. Sementara di hadapan wanita yang bukan mahramnya, seorang laki-laki juga dituntut untuk menjaga kesopanan dalam berpakaian, yaitu:
Di luar aturan fisik, niat di balik berpakaian juga sangat krusial dalam Islam. Pakaian yang secara fisik terlihat syar'i namun dikenakan dengan niat sombong, pamer, atau untuk menarik perhatian negatif, tentu tidak sesuai dengan tujuan berpakaian dalam Islam. Sebaliknya, pakaian yang mungkin sederhana namun dikenakan dengan niat taat kepada Allah dan menjaga kehormatan diri akan bernilai ibadah.
Memahami batasan berpakaian dalam Islam adalah sebuah perjalanan. Dibutuhkan ilmu, kesungguhan, dan niat yang tulus untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya bukan untuk membatasi kebebasan berekspresi, melainkan untuk membimbing umat manusia menuju kehidupan yang lebih terhormat, bermoral, dan diridai oleh Allah SWT.