Dalam catatan sejarah, nama Babur sering kali terdengar sebagai seorang penakluk ulung yang berhasil mendirikan salah satu kekaisaran terbesar di anak benua India. Zahir-ud-din Muhammad Babur, demikian nama lengkapnya, lahir di Fergana, sebuah lembah subur di Asia Tengah, pada tahun 1483. Kehidupannya sejak dini telah diwarnai dengan intrik politik dan perebutan kekuasaan yang keras di wilayah yang bergejolak. Ia adalah keturunan dari dua dinasti besar: Timur Lenk di pihak ayah dan Jenghis Khan di pihak ibu, sebuah warisan yang memberikannya ambisi besar dan semangat tak kenal menyerah.
Sejak usia muda, Babur mewarisi takhta Fergana dari ayahnya. Namun, kekuasaannya tidak berlangsung lama. Ia harus menghadapi berbagai ancaman dari kerabatnya sendiri dan juga suku-suku nomaden yang haus akan kekuasaan. Puncak dari perjuangannya di tanah airnya adalah hilangnya Fergana, yang memaksanya untuk mencari tempat berlindung dan peluang baru. Dalam masa-masa sulit ini, Babur menunjukkan ketangguhan luar biasa. Ia tidak pernah menyerah pada nasib, melainkan terus memupuk keberanian dan merencanakan langkah selanjutnya. Pengalaman ini membentuk karakternya menjadi seorang pemimpin yang tangguh dan visioner.
Dengan mengandalkan kecerdasan militernya, Babur sempat berhasil merebut Samarkand, kota yang sangat penting secara strategis dan budaya di Asia Tengah. Ini adalah momen kebanggaan baginya, seolah mewujudkan ambisinya untuk menghidupkan kembali kejayaan nenek moyangnya. Namun, kejayaan ini tidak bertahan lama. Serangkaian peristiwa yang tidak menguntungkan dan serangan balik dari pasukan musuh membuat Babur kembali kehilangan kota tersebut. Kemunduran ini tidak membuatnya patah semangat, melainkan mengarahkannya untuk memfokuskan perhatian pada wilayah yang lebih besar dan menawarkan potensi yang belum terjamah.
Sekitar tahun 1520-an, Babur mulai mengarahkan pandangannya ke selatan, menuju dataran India yang kaya. Dengan pasukan yang relatif kecil namun sangat terlatih dan inovatif dalam taktik perang, Babur menghadapi tantangan yang signifikan. Musuh utamanya adalah Ibrahim Lodi, Sultan Delhi, yang memiliki pasukan jauh lebih besar. Pertempuran yang paling menentukan adalah Pertempuran Panipat Pertama pada tahun 1526. Di sinilah Babur menunjukkan kejeniusan militernya yang sesungguhnya. Ia menggunakan taktik yang revolusioner, termasuk penggunaan artileri bubuk mesiu yang relatif baru di India, serta formasi pertempuran yang canggih seperti tulughma (flanking maneuver). Kemenangan di Panipat membuka jalan bagi Babur untuk menguasai Delhi dan kemudian memperluas kekuasaannya ke seluruh anak benua India.
Kemenangan di Panipat menandai kelahiran Kekaisaran Mughal di India. Babur tidak hanya seorang penakluk, tetapi juga seorang administrator yang cakap dan seorang pencinta seni. Ia berusaha untuk menyatukan berbagai kelompok etnis dan budaya yang ada di wilayah kekuasaannya. Meskipun ia meninggal beberapa tahun setelah mendirikan kekaisaran, warisannya terus hidup melalui keturunannya, seperti Humayun, Akbar, Jahangir, Shah Jahan, dan Aurangzeb, yang selanjutnya menjadikan Mughal sebagai salah satu imperium paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah India.
Babur adalah sosok yang kompleks. Ia adalah seorang pejuang yang gigih, seorang penyair yang berbakat, dan seorang penulis otobiografi yang jujur. Catatan pribadinya, yang dikenal sebagai Baburnama, memberikan wawasan yang tak ternilai tentang kehidupannya, pemikirannya, dan perjalanannya. Melalui Baburnama, kita dapat melihat seorang individu yang penuh gairah, kerentanan, dan tekad yang kuat. Kehidupannya adalah bukti bahwa dengan keberanian, strategi yang matang, dan kemampuan adaptasi, seseorang dapat bangkit dari kegagalan dan membangun sesuatu yang besar, bahkan di tengah tantangan yang paling berat sekalipun. Warisan Babur tidak hanya terletak pada kekaisaran yang ia dirikan, tetapi juga pada semangat pantang menyerah dan visi yang ia wariskan kepada generasi penerusnya.