Di tengah belantara sejarah Nusantara, terdapat sebuah karya sastra yang memancarkan kilau kisah para raja, perang, dan intrik politik yang membentuk peradaban Jawa kuno. Karya tersebut dikenal sebagai Babad Pararaton. Lebih dari sekadar catatan sejarah, Babad Pararaton adalah perpaduan unik antara fakta, legenda, dan mitos yang disajikan dalam narasi yang memikat, menjadikannya sumber primer yang tak ternilai bagi para sejarawan, budayawan, maupun pecinta sejarah.
Babad Pararaton, yang secara harfiah berarti "Buku Para Raja", merupakan naskah kronik Jawa yang diyakini ditulis pada masa Majapahit akhir atau awal masa Demak. Teks ini mengisahkan silsilah raja-raja dan tokoh-tokoh penting, terutama yang berkaitan dengan Majapahit. Namun, keunikan Pararaton terletak pada gaya penceritaannya yang seringkali meramu peristiwa sejarah dengan unsur gaib, ramalan, dan bahkan cerita rakyat. Hal ini membuat pembaca seolah diajak masuk ke dalam dunia di mana kekuatan supranatural dan takdir ilahi berperan penting dalam perjalanan sebuah kerajaan.
Naskah ini secara garis besar membahas periode penting dalam sejarah Jawa, mulai dari kebangkitan Wangsa Rajasa, berdirinya Kerajaan Singasari, hingga kejayaan dan keruntuhan Majapahit. Tokoh-tokoh legendaris seperti Ken Arok, Ken Dedes, Gajah Mada, dan Hayam Wuruk hadir dengan karakter mereka masing-masing, digambarkan tidak hanya sebagai penguasa, tetapi juga sebagai individu yang memiliki kekuatan spiritual, kelemahan manusiawi, dan takdir yang seringkali dianggap telah digariskan.
Meskipun memiliki unsur legenda, Babad Pararaton tetaplah sebuah sumber sejarah yang krusial. Para peneliti dapat menggali informasi mengenai struktur sosial, sistem politik, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Jawa pada masa itu. Deskripsi mengenai upacara-upacara kerajaan, perang saudara, serta hubungan antar kerajaan memberikan gambaran yang kaya tentang lanskap politik pada abad pertengahan.
Lebih dari itu, Pararaton berperan dalam pembentukan identitas dan legitimasi kekuasaan pada masa-masa berikutnya. Narasi mengenai raja-raja pendahulu yang bijak dan perkasa seringkali digunakan untuk memperkuat klaim kekuasaan oleh dinasti-dinasti baru. Legenda Ken Arok, sang pendiri Wangsa Rajasa yang berawal dari rakyat jelata namun mampu merebut takhta, menjadi simbol aspirasi dan kemungkinan perubahan sosial. Ini menunjukkan bahwa Pararaton bukan hanya catatan masa lalu, tetapi juga alat yang dinamis dalam membentuk pemahaman tentang masa kini dan masa depan.
Keberadaan unsur mitos dan legenda dalam Babad Pararaton seringkali menimbulkan perdebatan di kalangan sejarawan. Sejauh mana kebenaran historis dari cerita-cerita tersebut masih menjadi area kajian yang aktif. Beberapa peristiwa, seperti kisah Ken Arok yang mendapatkan keris sakti atau ramalan Jayabaya, seringkali dianggap sebagai penambahan belakangan untuk memperkuat legitimasi atau meramalkan masa depan.
Namun, di sinilah letak keajaiban Babad Pararaton. Ia mengajarkan kita bahwa sejarah tidak selalu hitam putih. Ada dimensi spiritual dan kepercayaan yang turut membentuk realitas sosial dan politik. Pararaton mengundang kita untuk melihat sejarah melalui lensa yang lebih luas, memahami bahwa narasi yang diwariskan seringkali merupakan cerminan dari keinginan, harapan, dan pandangan dunia masyarakat yang menciptakannya.
Babad Pararaton telah melalui berbagai proses penyalinan dan penerjemahan, sehingga terdapat variasi dalam naskah-naskah yang ada. Upaya konservasi dan studi terhadap naskah ini terus dilakukan untuk memastikan kelestariannya. Melalui Babad Pararaton, kita dapat menyambung benang merah sejarah dengan warisan leluhur, memahami akar budaya yang mengalir dalam nadi bangsa Indonesia. Karya ini tetap relevan bukan hanya sebagai jendela menuju masa lalu, tetapi juga sebagai pengingat akan kompleksitas kisah peradaban manusia yang selalu berpadu antara kenyataan, imajinasi, dan legenda.
Memahami Babad Pararaton berarti menyelami kedalaman peradaban Jawa yang penuh warna, di mana kisah raja-raja bukan hanya tentang tahta dan kuasa, tetapi juga tentang takdir, keyakinan, dan jejak spiritual yang tak lekang oleh waktu. Ia adalah permata sejarah yang terus memancarkan cahayanya bagi generasi kini dan mendatang.