Ilustrasi yang menggambarkan persaudaraan dan kebersamaan perempuan muslimah.
Dalam ajaran Islam, konsep aurat memegang peranan penting dalam membentuk tatanan sosial dan interaksi antar individu. Pembahasan mengenai aurat umumnya lebih sering dikaitkan dengan batasan antara laki-laki dan perempuan. Namun, penting juga untuk memahami batasan aurat antara sesama perempuan, khususnya antara perempuan muslim dengan perempuan muslimah lainnya. Pemahaman yang benar mengenai hal ini tidak hanya akan membantu dalam menjalankan syariat dengan baik, tetapi juga mempererat tali persaudaraan dan menjaga kesucian hubungan di antara mereka.
Secara umum, aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangan (menurut jumhur ulama). Batasan ini berlaku ketika berinteraksi dengan laki-laki yang bukan mahram. Namun, ketika seorang perempuan muslimah berinteraksi atau berada di hadapan sesama perempuan muslimah, terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai bagian tubuh mana saja yang termasuk aurat.
Sebagian ulama berpendapat bahwa aurat perempuan dengan sesama perempuan adalah bagian tubuh dari pusar hingga lutut. Pandangan ini didasarkan pada analogi dengan aurat laki-laki, di mana pusar dan lutut menjadi batasan yang harus ditutupi di hadapan sesama laki-laki. Pendapat ini menekankan pada prinsip menjaga rasa malu dan kesucian, meskipun interaksinya sesama jenis kelamin.
Sementara itu, ada pula pandangan yang lebih luas, yaitu bahwa aurat perempuan di hadapan sesama perempuan adalah seluruh tubuh kecuali bagian yang biasanya nampak dalam aktivitas sehari-hari, seperti leher, lengan bawah, dan betis. Namun, pandangan ini biasanya dikaitkan dengan kondisi tertentu, seperti di rumah sendiri atau di lingkungan yang sangat akrab. Ada pula yang berpendapat bahwa aurat perempuan dengan perempuan muslimah adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan bagian yang biasa terbuka saat beraktivitas, seperti lengan, kaki, dan leher, dengan catatan harus tetap menjaga kesopanan dan tidak menimbulkan fitnah.
Apapun perbedaan pandangan mengenai batasan fisik aurat antara perempuan muslimah, esensi utamanya adalah bagaimana menjaga kesopanan, rasa malu (haya'), dan menghindari segala bentuk fitnah atau hal yang dapat menimbulkan pandangan tidak baik. Islam sangat menganjurkan perempuan untuk senantiasa menjaga dirinya, baik secara lahir maupun batin.
Interaksi antara perempuan muslimah seringkali terjadi dalam berbagai kesempatan, seperti di rumah, di masjid, di tempat kerja, di sekolah, atau saat menghadiri acara-acara keagamaan. Dalam setiap interaksi tersebut, penting untuk tetap sadar akan batasan aurat dan menjaga sikap.
Niat yang tulus dalam berbusana dan berinteraksi menjadi kunci utama. Ketika seorang perempuan mengenakan pakaian yang menutup auratnya, bahkan di hadapan sesama muslimah, ini menunjukkan kepatuhannya terhadap ajaran agama dan upaya untuk senantiasa berada dalam koridor syariat. Ini juga mencerminkan kesadaran bahwa tubuh adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga kesuciannya.
Meskipun berada di antara sesama perempuan, penggunaan pakaian yang terlalu ketat, transparan, atau terbuka pada bagian-bagian yang seharusnya tertutup tetap tidak dianjurkan. Pakaian semacam ini dapat menimbulkan godaan atau ketidaknyamanan, bahkan di antara sesama perempuan. Islam mengajarkan untuk berpakaian yang sopan dan pantas, tanpa memandang siapa lawan bicaranya.
Lingkungan pergaulan antar perempuan muslimah yang saling mengingatkan dalam kebaikan akan sangat membantu. Jika ada di antara mereka yang kurang memahami batasan aurat, maka sesama muslimah yang lain dapat memberikan edukasi dengan lembut dan bijaksana. Hal ini menciptakan suasana yang positif dan saling mendukung dalam mengamalkan ajaran Islam.
Perlu ditekankan kembali bahwa batasan aurat antara perempuan muslimah dengan perempuan muslimah memiliki perbedaan dengan batasan aurat di hadapan laki-laki yang bukan mahram. Di hadapan laki-laki bukan mahram, seluruh tubuh perempuan adalah aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Tujuannya adalah untuk menjaga diri dari fitnah dan menjaga kehormatan.
Namun, dalam konteks pergaulan antar perempuan, fokusnya lebih kepada menjaga rasa malu, kesopanan, dan menghindari sesuatu yang menyerupai tasyabbuh (menyerupai laki-laki) atau pakaian yang dianggap tidak pantas secara umum dalam norma kesopanan Islam. Pemahaman yang benar tentang perbedaan ini penting agar tidak terjadi kekeliruan dalam penerapan syariat.
Memahami aurat perempuan muslimah dengan sesama perempuan muslimah adalah bagian dari upaya mendalam untuk menjalankan ajaran Islam secara komprehensif. Walaupun terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai batasan pastinya, prinsip utama untuk menjaga kesopanan, rasa malu, dan menghindari fitnah tetaplah universal. Dengan niat yang tulus, pakaian yang sopan, dan lingkungan yang saling mendukung, perempuan muslimah dapat senantiasa menjaga kehormatan diri dan memperkuat ikatan persaudaraan dalam bingkai syariat Islam.