Pengantar Bulan Muharram dan Keutamaan Hari Asyura
Bulan Muharram adalah awal dari kalender Hijriah dan merupakan salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam Islam, di samping Rajab, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah. Keistimewaan bulan ini telah disebutkan dalam berbagai nash Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad ﷺ, menegaskan kemuliaannya di sisi Allah SWT. Di antara hari-hari yang paling mulia dan penuh berkah di bulan Muharram adalah Hari Asyura, yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Kata "Asyura" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti "sepuluh", mengacu pada hari kesepuluh.
Hari Asyura memiliki sejarah panjang yang sarat dengan peristiwa penting dan penuh hikmah, bukan hanya dalam tradisi Islam tetapi juga dalam sejarah agama-agama samawi sebelumnya. Oleh karena itu, umat Muslim dianjurkan untuk memanfaatkan hari ini dengan memperbanyak amal ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT, sebagai bentuk syukur atas nikmat dan karunia-Nya, serta untuk meraih pahala yang berlipat ganda. Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai amalan yang dianjurkan di Hari Asyura, sejarahnya, keutamaannya, serta beberapa kesalahan yang perlu dihindari, agar setiap Muslim dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Memahami keutamaan dan sejarah di balik Hari Asyura bukan hanya sekadar menambah wawasan, tetapi juga menumbuhkan semangat untuk menghidupkan sunnah Rasulullah ﷺ dan mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di hari tersebut. Setiap amalan yang dilakukan dengan niat tulus ikhlas karena Allah akan mendatangkan pahala dan keberkahan, khususnya di hari yang istimewa ini.
Sejarah dan Latar Belakang Hari Asyura yang Agung
Untuk memahami sepenuhnya nilai dari amalan di Hari Asyura, penting untuk menelusuri sejarah dan latar belakangnya. Hari Asyura bukanlah hari biasa, melainkan hari yang diwarnai oleh berbagai peristiwa monumental yang menjadi titik balik dalam sejarah para Nabi dan umat terdahulu.
Peristiwa Penting di Hari Asyura
Salah satu riwayat yang paling masyhur menyebutkan bahwa Hari Asyura adalah hari di mana Allah menyelamatkan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kekejaman Fir'aun dan bala tentaranya. Fir'aun dan pasukannya ditenggelamkan di Laut Merah, sementara Nabi Musa dan pengikutnya berhasil menyeberang dengan selamat. Peristiwa ini adalah kemenangan besar bagi kebenaran dan keadilan atas kesombongan dan kezaliman. Rasulullah ﷺ sendiri pernah bersabda: "Ketika Nabi ﷺ tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya, 'Puasa apakah ini?' Mereka menjawab, 'Ini adalah hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai bentuk syukur.' Maka Nabi ﷺ bersabda, 'Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.' Lalu beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan (para sahabat) untuk berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain kisah Nabi Musa, beberapa ulama dan ahli sejarah Islam juga menyebutkan berbagai peristiwa penting lainnya yang diyakini terjadi di Hari Asyura, meskipun beberapa di antaranya memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai validitas riwayatnya:
- Allah menerima taubat Nabi Adam AS setelah turun dari surga.
- Perahu Nabi Nuh AS berlabuh dengan selamat di bukit Judi setelah banjir besar.
- Nabi Ibrahim AS diselamatkan dari api yang membakarnya.
- Nabi Ayub AS disembuhkan dari penyakitnya.
- Nabi Yunus AS dikeluarkan dari perut ikan paus.
- Nabi Yusuf AS dikeluarkan dari sumur.
- Nabi Isa AS diangkat ke langit.
Terlepas dari perbedaan riwayat mengenai semua peristiwa di atas, kisah Nabi Musa AS adalah yang paling kuat dan menjadi dasar bagi anjuran puasa Asyura dalam Islam.
Puasa Asyura Sebelum Islam dan di Awal Islam
Puasa Asyura sudah dikenal dan diamalkan oleh bangsa Arab, termasuk kaum Quraisy, bahkan sebelum kedatangan Islam. Hal ini juga merupakan praktik kaum Yahudi, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Di awal kedatangan Islam, puasa Asyura hukumnya adalah wajib atau sunnah muakkadah yang sangat ditekankan. Ketika kewajiban puasa Ramadhan turun, puasa Asyura menjadi sunnah. Aisyah RA meriwayatkan, "Puasa Asyura adalah hari yang dulu orang-orang Quraisy berpuasa padanya di zaman Jahiliyah. Dan Rasulullah ﷺ juga berpuasa padanya. Ketika beliau tiba di Madinah, beliau berpuasa padanya dan memerintahkan untuk berpuasa padanya. Ketika puasa Ramadhan difardhukan, beliau meninggalkan puasa Asyura, barangsiapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah, dan barangsiapa yang tidak ingin, maka tidak perlu berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim).
Anjuran Puasa Tasu'a (9 Muharram)
Rasulullah ﷺ ingin umatnya memiliki identitas yang berbeda dari Yahudi. Oleh karena itu, beliau menganjurkan untuk juga berpuasa pada hari Tasu'a (9 Muharram) sebagai pembeda. Rasulullah ﷺ bersabda, "Jika aku (hidup) sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu'a)." (HR. Muslim). Namun, beliau ﷺ wafat sebelum sempat melaksanakan puasa Tasu'a pada tahun berikutnya. Oleh karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, atau 10 dan 11 Muharram, untuk memastikan terwujudnya sunnah dan pembeda.
Amalan Utama di Hari Asyura: Meraih Keberkahan dan Ampunan
Hari Asyura adalah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai amalan saleh. Berikut adalah amalan-amalan utama yang dianjurkan dan memiliki keutamaan besar di hari tersebut:
1. Puasa Tasu'a dan Asyura
Puasa adalah amalan paling utama di Hari Asyura. Keutamaan puasa ini sangat besar, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: "Puasa hari Arafah menghapuskan dosa dua tahun, yaitu tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya. Puasa hari Asyura menghapuskan dosa tahun yang telah lalu." (HR. Muslim). Ini menunjukkan betapa agungnya pahala yang dijanjikan bagi mereka yang melaksanakannya.
- Puasa Tasu'a (9 Muharram): Dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 Muharram sebagai bentuk menyelisihi kaum Yahudi. Ini juga merupakan upaya untuk memastikan puasa Asyura jika terjadi kesalahan dalam perhitungan tanggal.
- Puasa Asyura (10 Muharram): Ini adalah puasa utama yang sangat dianjurkan.
- Puasa Hari ke-11 Muharram: Beberapa ulama juga menganjurkan puasa pada tanggal 11 Muharram sebagai pelengkap, terutama jika tidak sempat berpuasa pada tanggal 9 Muharram, atau sebagai bentuk kehati-hatian. Jadi, kombinasi yang paling sempurna adalah berpuasa pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram. Minimalnya adalah berpuasa pada tanggal 10 Muharram.
- Niat Puasa: Niat puasa sunnah cukup dilakukan pada malam hari sebelum fajar, atau bahkan di siang hari asalkan belum makan atau minum sejak fajar.
2. Memperbanyak Sedekah
Meskipun tidak ada hadits shahih yang secara spesifik menyebutkan keutamaan sedekah di Hari Asyura yang setara dengan puasa Asyura, namun sedekah adalah amalan mulia yang sangat dianjurkan kapan saja, terlebih di hari-hari istimewa. Beberapa riwayat (meskipun perlu diperhatikan kesahihannya) menyebutkan bahwa memperluas nafkah atau bersedekah di Hari Asyura dapat melapangkan rezeki sepanjang tahun. Terlepas dari status riwayat tersebut, sedekah adalah pintu rezeki dan kebaikan yang tidak akan pernah merugi.
Bentuk-bentuk sedekah bisa bermacam-macam:
- Memberikan makanan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan.
- Menyantuni anak yatim dan janda.
- Memberikan bantuan materi atau non-materi kepada yang membutuhkan.
- Menyumbangkan harta untuk kepentingan agama dan sosial.
3. Dzikir dan Doa
Hari Asyura adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak dzikir (mengingat Allah) dan berdoa. Mengingat Allah adalah inti dari setiap ibadah. Tidak ada dzikir atau doa khusus yang ma'tsur (dicontohkan langsung) oleh Nabi ﷺ untuk Hari Asyura, namun umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak dzikir umum seperti:
- Tasbih (Subhanallah)
- Tahmid (Alhamdulillah)
- Tahlil (Laa ilaaha illallah)
- Takbir (Allahu Akbar)
- Istighfar (Astaghfirullah)
- Shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Doa adalah senjata mukmin. Manfaatkan hari ini untuk memanjatkan segala hajat dan permohonan kepada Allah, baik untuk kebaikan dunia maupun akhirat, memohon ampunan dosa, rahmat, dan petunjuk.
4. Membaca Al-Qur'an
Membaca Al-Qur'an adalah ibadah yang sangat mulia dan mendatangkan pahala besar. Tidak ada surah atau ayat khusus yang ditetapkan untuk dibaca di Hari Asyura, namun memperbanyak membaca Al-Qur'an secara umum sangat dianjurkan. Setiap huruf yang dibaca akan dihitung sebagai kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Membaca Al-Qur'an juga membawa ketenangan jiwa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
5. Menunaikan Shalat Sunnah
Selain shalat fardhu, memperbanyak shalat sunnah juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Meskipun tidak ada shalat sunnah khusus yang bernama "Shalat Asyura", namun shalat-shalat sunnah mutlak seperti:
- Shalat Dhuha: Dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit.
- Shalat Tahajjud: Dilakukan pada sepertiga malam terakhir.
- Shalat Rawatib: Shalat sunnah sebelum atau sesudah shalat fardhu.
- Shalat Taubat: Untuk memohon ampunan dosa.
- Shalat Hajat: Untuk memohon agar hajat dikabulkan.
Semua shalat sunnah ini dapat dilakukan di Hari Asyura untuk menambah pahala dan ketakwaan.
6. Menyambung Silaturahim
Silaturahim, atau menyambung tali persaudaraan, adalah ajaran penting dalam Islam yang sangat ditekankan. Di Hari Asyura, luangkan waktu untuk menghubungi atau mengunjungi kerabat, keluarga, dan teman. Silaturahim mendatangkan keberkahan dalam rezeki dan memanjangkan umur. Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim).
7. Memperbanyak Shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ
Shalawat adalah ungkapan cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Setiap shalawat yang kita panjatkan akan dibalas oleh Allah dengan sepuluh shalawat dan diangkat derajatnya. Memperbanyak shalawat, terutama di hari-hari yang mulia, adalah amalan yang sangat dianjurkan dan mudah dilakukan.
Amalan Tambahan dan Adab-adab di Hari Asyura
Selain amalan-amalan utama, ada beberapa amalan tambahan dan adab yang sering dikaitkan dengan Hari Asyura. Penting untuk diketahui bahwa tidak semua amalan ini memiliki dasar hadits yang kuat atau shahih. Namun, selama tidak bertentangan dengan syariat dan dilakukan dengan niat baik, sebagian di antaranya bisa menjadi bentuk ibadah yang umum.
1. Melapangkan Nafkah Keluarga
Beberapa riwayat (yang statusnya sering diperdebatkan oleh para ulama mengenai kesahihannya) menyebutkan bahwa barangsiapa melapangkan nafkah untuk keluarganya di Hari Asyura, niscaya Allah akan melapangkan rezekinya sepanjang tahun. Meskipun ada perbedaan pendapat tentang derajat hadits ini, prinsip melapangkan nafkah untuk keluarga adalah ajaran Islam yang mulia kapan saja. Di Hari Asyura, ini bisa menjadi motivasi tambahan untuk berbagi kebahagiaan dan rezeki dengan orang-orang terdekat, asalkan tidak berlebihan atau memaksakan diri di luar kemampuan.
2. Mengusap Kepala Anak Yatim
Menyantuni anak yatim adalah amalan yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya. Meskipun tidak ada hadits khusus yang mengaitkan mengusap kepala anak yatim dengan Hari Asyura secara spesifik, melakukannya di hari istimewa ini adalah bentuk kebaikan yang akan mendatangkan pahala besar. Rasulullah ﷺ bersabda, "Aku dan pengasuh anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini," seraya beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya." (HR. Bukhari).
3. Mengunjungi Orang Sakit
Menjenguk orang sakit adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ini adalah bentuk silaturahim dan kepedulian sosial yang akan mendapatkan pahala. Melakukan kunjungan ini di Hari Asyura menambah keberkahan waktu tersebut.
4. Mandi dan Memakai Pakaian Terbaik
Beberapa tradisi dan riwayat lemah menyebutkan anjuran mandi dan memakai celak atau pakaian terbaik di Hari Asyura. Penting untuk digarisbawahi bahwa amalan ini tidak memiliki dasar hadits yang shahih. Namun, menjaga kebersihan diri (mandi) dan berpenampilan rapi (memakai pakaian terbaik) adalah fitrah manusia dan dianjurkan dalam Islam secara umum, bukan hanya di Hari Asyura. Melakukannya dengan niat menjaga kebersihan dan kerapian, bukan sebagai ritual khusus Asyura, adalah hal yang baik.
5. Memotong Kuku
Sama seperti mandi dan memakai pakaian terbaik, memotong kuku adalah bagian dari kebersihan pribadi yang dianjurkan dalam Islam. Tidak ada dalil shahih yang mengkhususkan amalan ini di Hari Asyura, namun tetap merupakan kebiasaan baik yang dapat dilakukan.
Niat yang Ikhlas dan Memahami Prioritas
Yang terpenting dari semua amalan adalah niat yang tulus ikhlas karena Allah SWT. Hindari melakukan amalan hanya karena tradisi tanpa memahami dasar syar'inya. Prioritaskan amalan yang memiliki dalil kuat dari Al-Qur'an dan Sunnah, seperti puasa Tasu'a dan Asyura. Amalan tambahan lainnya dapat dilakukan selama tidak bertentangan dengan syariat dan tidak diyakini sebagai ritual khusus yang memiliki keutamaan tersendiri tanpa dasar dalil.
Kesalahan dan Bid'ah yang Perlu Dihindari di Hari Asyura
Dalam semangat beribadah dan mencari keberkahan, terkadang muncul praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni. Penting bagi umat Muslim untuk membedakan antara sunnah (ajaran Nabi ﷺ) dan bid'ah (inovasi dalam agama yang tidak memiliki dasar). Berikut adalah beberapa kesalahan dan bid'ah yang sering dikaitkan dengan Hari Asyura dan perlu dihindari:
1. Mengkhususkan Shalat Asyura atau Doa Asyura Tertentu
Tidak ada shalat sunnah khusus yang bernama "Shalat Asyura" dengan tata cara atau niat tertentu yang diajarkan oleh Nabi ﷺ. Begitu pula, tidak ada doa khusus yang ma'tsur dari Nabi ﷺ untuk Hari Asyura. Mengkhususkan shalat atau doa tertentu dengan keyakinan bahwa itu adalah sunnah atau memiliki keutamaan khusus di Hari Asyura adalah bid'ah. Meskipun demikian, shalat sunnah mutlak (seperti dhuha, tahajjud) dan doa-doa umum tetap sangat dianjurkan.
2. Perayaan Berlebihan layaknya Hari Raya
Hari Asyura adalah hari yang mulia untuk beribadah dan berpuasa, bukan untuk dirayakan layaknya hari raya Idul Fitri atau Idul Adha dengan pesta pora, memakai pakaian baru secara berlebihan, atau mengadakan jamuan khusus yang dianggap sebagai ibadah. Rasulullah ﷺ tidak pernah merayakan hari ini dengan cara tersebut.
3. Menganggapnya sebagai Hari Kesedihan atau Ratapan
Di kalangan kelompok tertentu, Hari Asyura diperingati dengan kesedihan yang berlebihan, ratapan, dan bahkan tindakan menyakiti diri sendiri sebagai bentuk duka atas meninggalnya cucu Nabi ﷺ, Sayyidina Husain bin Ali RA. Meskipun wafatnya Husain RA adalah tragedi yang menyedihkan dalam sejarah Islam, namun meratapinya dengan cara-cara yang tidak dicontohkan oleh Nabi ﷺ atau para sahabat adalah bid'ah yang dilarang. Islam mengajarkan kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi musibah.
4. Meyakini Khurafat atau Takhayul
Jauhkan diri dari keyakinan-keyakinan khurafat atau takhayul yang tidak memiliki dasar dalam Al-Qur'an dan Sunnah, seperti mempercayai bahwa ada kekuatan mistis tertentu di Hari Asyura yang dapat disalahgunakan atau bahwa ada benda-benda tertentu yang menjadi sakral secara khusus di hari ini. Islam adalah agama yang rasional dan berdasarkan dalil yang jelas.
5. Puasa Terus-menerus Tanpa Batas
Meskipun puasa adalah amalan yang baik, mengkhususkan puasa terus-menerus tanpa batas atau tanpa dasar syar'i tertentu di bulan Muharram atau Hari Asyura adalah berlebihan. Islam mengajarkan keseimbangan. Puasa Tasu'a dan Asyura adalah sunnah, namun puasa terus-menerus tanpa henti adalah sesuatu yang tidak dianjurkan dan bahkan dilarang oleh Nabi ﷺ.
6. Menyebarkan Hadits-hadits Dhaif atau Maudhu' (Palsu)
Banyak hadits dhaif (lemah) atau maudhu' (palsu) yang beredar mengenai keutamaan amalan-amalan tertentu di Hari Asyura yang tidak memiliki dasar kuat. Penting untuk selalu merujuk pada sumber-sumber yang terpercaya dan ulama yang kompeten dalam mempelajari agama, agar tidak terjerumus dalam praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Telitilah sebelum menyebarkan informasi keagamaan.
Mengamalkan ajaran Islam haruslah berdasarkan ilmu yang shahih dan pemahaman yang benar, bukan hanya ikut-ikutan atau tradisi tanpa dasar. Dengan menghindari bid'ah, kita menjaga kemurnian agama dan mendapatkan pahala yang sebenarnya dari Allah SWT.
Hikmah dan Pelajaran dari Hari Asyura
Hari Asyura bukan hanya tentang amalan-amalan tertentu, tetapi juga sarat dengan hikmah dan pelajaran berharga yang dapat meningkatkan keimanan dan kualitas hidup seorang Muslim. Memahami hikmah ini akan membuat ibadah kita lebih bermakna dan terarah.
1. Bersyukur kepada Allah SWT
Peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di Hari Asyura, seperti penyelamatan Nabi Musa AS dari Fir'aun, adalah bukti nyata kekuasaan dan kasih sayang Allah SWT. Ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga, terutama nikmat iman dan hidayah. Rasa syukur akan membuka pintu lebih banyak rezeki dan keberkahan.
2. Ketabahan Para Nabi dan Kemenangan Kebenaran
Kisah Nabi Musa AS dan Fir'aun, serta kisah-kisah Nabi lainnya yang terkait dengan Asyura, menunjukkan ketabahan dan kesabaran para Nabi dalam menghadapi cobaan berat dari umat mereka atau penguasa zalim. Ini adalah pelajaran bagi kita bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang, dan Allah akan selalu menolong hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa, meskipun harus melalui ujian yang berat.
3. Pentingnya Tawakal dan Doa
Dalam setiap cobaan, para Nabi selalu berserah diri (tawakal) sepenuhnya kepada Allah dan memanjatkan doa. Hal ini mengajarkan kita pentingnya berdoa dan bersandar kepada Allah dalam setiap keadaan, karena Dialah satu-satunya Penolong dan Pelindung. Hari Asyura adalah momen yang baik untuk memperbarui tawakal kita.
4. Kesempatan untuk Introspeksi dan Bertaubat
Puasa Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu. Ini adalah kesempatan emas untuk melakukan introspeksi diri (muhasabah), mengevaluasi perbuatan kita di masa lalu, dan bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT. Taubat yang tulus akan menghapus dosa dan membersihkan hati.
5. Menghidupkan Sunnah Rasulullah ﷺ
Melaksanakan puasa Asyura adalah bentuk menghidupkan salah satu sunnah Nabi Muhammad ﷺ. Mengikuti jejak beliau adalah tanda cinta kita kepada Rasulullah dan jalan menuju surga. Dengan berpegang teguh pada sunnah, kita akan terhindar dari bid'ah dan kesesatan.
6. Solidaritas Sosial dan Kepedulian
Anjuran untuk bersedekah dan melapangkan nafkah keluarga di Hari Asyura mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas sosial dan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung. Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang dan tolong-menolong.
7. Pentingnya Ilmu dan Pemahaman Agama yang Benar
Diskusi mengenai amalan yang shahih dan bid'ah di Hari Asyura menekankan pentingnya memiliki ilmu dan pemahaman agama yang benar. Kita harus selalu belajar, bertanya kepada ulama yang kompeten, dan tidak mudah terpengaruh oleh tradisi atau keyakinan yang tidak memiliki dasar kuat dalam syariat.
Dengan merenungkan hikmah-hikmah ini, diharapkan kita tidak hanya melakukan amalan di Hari Asyura sebagai rutinitas, tetapi sebagai bentuk penghambaan yang penuh kesadaran dan kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Mempersiapkan Diri Menjelang Hari Asyura
Untuk dapat memanfaatkan Hari Asyura secara maksimal dan meraih keberkahan yang dijanjikan, diperlukan persiapan yang baik. Persiapan ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Dengan persiapan yang matang, ibadah kita akan lebih fokus dan bermakna.
1. Niat yang Tulus dan Ikhlas
Segala amal perbuatan tergantung pada niatnya. Oleh karena itu, mulailah dengan menata niat yang tulus ikhlas semata-mata karena Allah SWT, untuk mencari ridha-Nya, mengamalkan sunnah Rasulullah ﷺ, dan mengharap pahala dari-Nya. Perbarui niat ini dari jauh-jauh hari.
2. Mempelajari Dalil-dalil yang Shahih
Bekali diri dengan ilmu mengenai Hari Asyura. Pelajari dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur'an dan Sunnah mengenai keutamaan dan amalan yang dianjurkan. Ini akan memperkuat keyakinan kita dalam beribadah dan menjauhkan kita dari bid'ah atau amalan yang tidak berdasar. Sumber-sumber terpercaya dari ulama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah sangat penting.
3. Merencanakan Amalan
Buatlah rencana amalan yang akan dilakukan di Hari Tasu'a (9 Muharram) dan Hari Asyura (10 Muharram), bahkan mungkin hingga tanggal 11 Muharram. Rencana ini bisa meliputi:
- Jadwal puasa (9, 10, dan/atau 11 Muharram).
- Target bacaan Al-Qur'an (misalnya satu juz atau beberapa surah).
- Dzikir dan doa yang akan diperbanyak.
- Alokasi sedekah atau bantuan untuk yang membutuhkan.
- Rencana silaturahim (mengunjungi atau menghubungi kerabat).
- Shalat sunnah yang akan ditunaikan (misalnya Dhuha, Tahajjud).
Dengan perencanaan, kita akan lebih terarah dan tidak menyia-nyiakan waktu.
4. Mempersiapkan Fisik
Bagi yang berniat berpuasa, persiapkan fisik dengan menjaga pola makan dan istirahat yang cukup sebelum tanggal 9 atau 10 Muharram. Pastikan tubuh dalam kondisi prima untuk dapat menjalankan puasa dengan optimal.
5. Mengajak Keluarga dan Kerabat
Ajaklah keluarga, pasangan, dan anak-anak untuk turut serta dalam memakmurkan Hari Asyura. Jelaskan kepada mereka keutamaan hari ini dan ajak untuk berpuasa serta melakukan amalan kebaikan lainnya. Mendidik keluarga tentang pentingnya ibadah adalah tanggung jawab seorang Muslim.
6. Meningkatkan Kualitas Ibadah Umum
Sebelum tiba Hari Asyura, tingkatkan kualitas ibadah harian kita. Shalat fardhu tepat waktu, perbanyak istighfar, dan jauhi maksiat. Ini akan membantu menciptakan suasana spiritual yang kondusif untuk menyambut dan memakmurkan Hari Asyura.
7. Memperbanyak Doa agar Diberi Kemudahan
Mohonlah kepada Allah agar diberikan kemudahan, kekuatan, dan keikhlasan untuk menjalankan semua amalan di Hari Asyura. Karena tanpa pertolongan-Nya, tidak ada satu pun kebaikan yang dapat kita lakukan.
Dengan persiapan yang matang dan niat yang kuat, semoga kita semua dapat meraih keberkahan dan ampunan dosa yang dijanjikan Allah SWT di Hari Asyura ini.
Penutup: Merebut Keutamaan Asyura untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Hari Asyura adalah anugerah besar dari Allah SWT bagi umat Muslim. Ia adalah hari yang sarat dengan sejarah, keutamaan, dan peluang emas untuk meraih ampunan dosa setahun penuh, pahala yang berlimpah, serta keberkahan dalam hidup. Melalui ibadah puasa Tasu'a dan Asyura, memperbanyak sedekah, dzikir, doa, membaca Al-Qur'an, menyambung silaturahim, dan berbagai amalan kebaikan lainnya, kita memiliki kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan meningkatkan kualitas spiritual kita.
Penting untuk selalu mengingat bahwa setiap amalan harus didasari oleh niat yang tulus ikhlas karena Allah semata, serta berpegang teguh pada tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih. Menghindari bid'ah dan praktik-praktik yang tidak memiliki dasar syar'i adalah kunci untuk menjaga kemurnian ibadah dan meraih ridha Allah.
Hikmah dan pelajaran dari Hari Asyura mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur, ketabahan dalam menghadapi cobaan, kekuatan tawakal dan doa, serta urgensi introspeksi dan taubat. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa bersejarah ini untuk membentuk pribadi Muslim yang lebih baik, lebih sabar, lebih bersyukur, dan lebih bertakwa.
Marilah kita manfaatkan hari yang mulia ini dengan sebaik-baiknya, menjadikan setiap detik sebagai investasi akhirat. Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan melimpahkan rahmat serta keberkahan-Nya kepada kita semua. Jadikan momentum Asyura ini sebagai titik awal untuk kehidupan yang lebih baik, penuh ketaatan, dan senantiasa dalam ridha Allah SWT. Aamiin.