Alur Cerita Klasik Bawang Merah dan Bawang Putih

Sebuah dongeng Nusantara yang mengajarkan nilai kebaikan, kesabaran, dan keadilan.

BM BP Kakak & Adik Ikan Dibawa Ibu Sifat Berbeda Kehidupan Berubah
Ilustrasi Sederhana: Bawang Merah (BM), Bawang Putih (BP), dan Ikan

Awal Mula Kehidupan yang Berbeda

Dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih bermula dari sebuah keluarga sederhana. Sang ayah telah meninggal dunia, meninggalkan seorang istri dan dua orang anak gadisnya. Anak sulung bernama Bawang Merah, dan adiknya bernama Bawang Putih. Sejak awal, kedua anak ini memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Bawang Merah digambarkan sebagai sosok yang pemalas, iri hati, dan seringkali kasar. Sebaliknya, Bawang Putih adalah anak yang rajin, baik hati, sabar, dan selalu berbakti kepada ibunya.

Perbedaan sifat ini semakin kentara setelah ibu kandung Bawang Putih juga meninggal dunia. Sang ayah kemudian menikahi seorang janda yang memiliki seorang anak perempuan, yang tak lain adalah Bawang Merah. Istri baru sang ayah ini, yang kemudian menjadi ibu tiri Bawang Putih, sangat menyayangi Bawang Merah dan memperlakukannya bak seorang putri. Namun, terhadap Bawang Putih, ia bersikap sangat berbeda. Bawang Putih seringkali ditindas, diberi pekerjaan rumah yang berat, dan diperlakukan tidak adil oleh ibu tirinya, sementara Bawang Merah dimanjakan.

Perlakuan Tidak Adil dan Seekor Ikan

Setiap hari, Bawang Putih harus bekerja keras tanpa kenal lelah. Ia mencuci baju di sungai, memasak untuk seluruh keluarga, dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Sementara itu, Bawang Merah hanya bermalas-malasan atau bermain-main. Meskipun diperlakukan dengan sangat buruk, Bawang Putih tidak pernah mengeluh. Ia tetap menjalani hidupnya dengan sabar dan penuh keikhlasan.

Suatu hari, ketika Bawang Putih sedang mencuci baju di sungai, seekor ikan yang cantik tiba-tiba melompat ke dalam keranjangnya. Ikan itu sangat indah dan berbeda dari ikan-ikan biasa. Merasa kasihan melihat ikan itu terperangkap, Bawang Putih pun memutuskan untuk merawatnya. Ia memberinya makan dan menjaganya dengan baik di dalam kolam kecil di belakang rumah. Namun, diam-diam Bawang Merah dan ibu tirinya mengetahui tentang ikan tersebut dan kecemburuan pun mulai tumbuh di hati mereka.

Kehilangan Ikan dan Perjalanan Penuh Cobaan

Kebaikan hati Bawang Putih ternyata tak bertahan lama. Suatu pagi, ia mendapati ikan kesayangannya telah hilang dari kolam. Ia sangat sedih dan menangis. Bawang Merah dan ibu tirinya lah yang mengambil ikan tersebut dan berniat untuk memasaknya. Meskipun sangat terpukul, Bawang Putih tak berdaya melawan keinginan mereka. Saat itulah, ayah Bawang Putih kembali dari perjalanannya.

Mengetahui ikan kesayangannya hilang dan diperlakukan tidak baik, ayah Bawang Putih merasa sangat kecewa. Ia memutuskan untuk memberikan perintah yang tegas kepada ibu tiri Bawang Putih. Sang ibu tiri, yang merasa terdesak, akhirnya mengakui perbuatannya dan berjanji akan memperbaiki sikapnya. Namun, di balik itu, ia masih menyimpan dendam dan niat jahatnya.

Perjalanan ke Gunung dan Pertemuan dengan Raksasa

Beberapa waktu kemudian, ayah Bawang Putih kembali harus pergi berdagang ke negeri yang jauh. Sebelum berangkat, ia berpesan kepada Bawang Merah dan Bawang Putih. Ia meminta Bawang Merah untuk menjaga adiknya. Namun, sekali lagi, Bawang Merah dan ibu tirinya menunjukkan sifat aslinya. Mereka berencana untuk menyingkirkan Bawang Putih.

Suatu hari, Bawang Merah mengajak Bawang Putih ke hutan untuk mencari buah-buahan. Di tengah hutan, Bawang Merah sengaja memisah diri dari Bawang Putih dan berkata bahwa ia akan mencarikan buah yang lebih banyak. Bawang Putih yang polos menunggu dengan sabar. Namun, Bawang Merah tak pernah kembali. Bawang Putih pun tersesat di dalam hutan. Dengan perut lapar dan hati yang cemas, ia berjalan tanpa arah. Tak lama kemudian, ia bertemu dengan seorang raksasa yang tinggal di dalam sebuah pondok besar.

Perlakuan Baik dan Harta Karun

Secara mengejutkan, raksasa itu tidak seperti yang dibayangkan. Ia memiliki hati yang baik dan welas asih. Raksasa itu menemukan Bawang Putih yang kelelahan dan kelaparan, lalu membawanya ke pondoknya. Raksasa itu memberikan Bawang Putih makanan, minuman, dan tempat tinggal yang layak. Bawang Putih pun tinggal bersama raksasa tersebut dan membantunya melakukan pekerjaan rumah. Ia kembali menunjukkan sifat baik dan rajinnya.

Suatu ketika, raksasa itu hendak pergi ke gunung untuk mencari makan. Ia berpesan kepada Bawang Putih untuk menjaga pondoknya. Ketika Bawang Putih sedang membersihkan pondok, ia menemukan sebuah tas kecil yang berisi emas dan permata yang sangat banyak. Bawang Putih menyadari bahwa itu adalah harta karun yang sengaja ditinggalkan oleh raksasa baik hati itu sebagai balas budi atas kebaikannya.

Kembali ke Rumah dan Kehidupan yang Berubah

Dengan membawa harta karun yang melimpah, Bawang Putih pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia kembali ke kediaman ayah tirinya. Setibanya di sana, Bawang Merah dan ibu tirinya terkejut melihat Bawang Putih kembali dengan membawa kekayaan yang luar biasa. Mereka merasa iri dan semakin serakah.

Keesokan harinya, Bawang Merah, yang tergiur dengan harta Bawang Putih, meminta izin kepada ibu dan ayahnya untuk pergi ke hutan dengan alasan mencari buah. Ternyata, niat Bawang Merah sama seperti Bawang Putih sebelumnya, yaitu ingin tersesat dan bertemu raksasa agar mendapatkan harta karun. Namun, karena sifatnya yang serakah dan malas, ia malah dimarahi oleh raksasa itu dan tidak mendapatkan apa-apa. Raksasa itu justru mengusirnya dan membuatnya kembali ke rumah dengan tangan hampa.

Di sisi lain, Bawang Putih yang kini kaya raya tetap hidup dengan baik hati. Ia memaafkan Bawang Merah dan ibu tirinya, dan hidup bahagia bersama ayah serta mereka. Dongeng ini mengajarkan bahwa kebaikan hati, kesabaran, dan kerja keras akan selalu mendapatkan balasan yang setimpal, sementara keserakahan dan kejahatan hanya akan membawa keburukan.

🏠 Homepage